Ritual dan modernitas merupakan dua isu yang akan selalu beririsan.
Masyarakat adat disuatu daerah tertentu akan selalu berupaya untuk melestarikan nilai-
nilai tradisi yang sudah ada terbentuk turun temurun. Kebudayaan yang selalu
berkembang seiring berjalan waktu kemudian menghasilkan atau memperlihatkan
proses-proses yang saling berkait meskipun berangkat dari latar belakang yang berbeda
satu sama lain. Masyarakat Manggarai merupakan salah satu contoh dari sekian banyak
Masyarakat yang masih memegang teguh nilai-nilai adat mereka. Pangble yang
merupakan istilah masyarakat lokal yaitu tempat bagi roh-roh yang sudah meninggal
dunia yang juga menempati dunia yang sama namun berbeda bentuk. Berangkat dari
kepercayaan tersebut, hampir semua ritual adat akan selalu berporos pada roh nenek
moyang yang dijadikan perantara doa untuk Mori Kraeng (Tuhan), salah satunya yaitu
Ritual Kepok. Isu modernitas yang akan dibahas kemudian erat kaitanya dengan proses
politik elektoral. PILKADA merupakan sebuah proses pemilihan pemimpin di suatu
daerah (provinsi). PILKADA yang merupakan buah dari sistem politik demokrasi
dianggap asing bagi Masyarakat Manggarai. Tulisan ini ingin memaparkan sebuah
analisis deskripsi terkait proses masa kampanye PILKADA NTT 2018 dari salah satu
calon yaitu Benny K. Harman dengan Ritual Kepok menjadi mediator. Penggunaan
Ritual Kepok dalam konteks politik elektoral kemudian menjadi menarik karena Ritual
Kepok yang awalnya sebagai ritual penerima tamu kemudian diterapkan dalam proses
masa kampanye.
Deskripsi Lengkap