Diskusi mengenai hubungan antara dunia fisik (offline) dengan dunia virtual (online)
dalam kajian antropologi digital cenderung menyederhanakannya menjadi dua oposisi:
antara keduanya adalah dua dunia yang saling bertumpukan, atau dua dunia yang terpisah
sama sekali. Kajian ini, dengan mengambil kasus platform media sosial Twitter, berusaha
berargumen bahwa fisik dan virtual memang berkelindan, tetapi keduanya merupakan
dua bilik berbeda, yang mana dapat berinteraksi satu sama lain. Melalui metode etnografi
virtual yang melibatkan baik keterlibatan di ranah fisik maupun di ranah virtual, tesis ini
berusaha menunjukkan itu dengan memfokuskan perhatian pada penciptaan tempat
virtual pada platform Twitter yang dihuni oleh microcelebrity (orang yang meraih
ketenaran melalui internet) kelas menengah Jakarta. Sebagai tempat, vis-a-vis ruang yang
abstrak, Twitter yang diuniversalkan oleh perusahaan perancangnya menjadi lokal
lantaran huniannya oleh warga Jakarta, menghasilkan suatu proses dialektis interlokalitas.
Tesis ini berpijak pada analisis fenomenologi Heideggerian untuk membingkai
pengalaman bermedia sosial sebagai proses penciptaan tempat. Tumpuan penciptaan
tempat virtual dalam proses ini adalah fitur linimasa (timeline) di Twitter, yang dianalisis
sebagai cara mengewejantahkan mutuality of being dengan berelasi secara sosial dan
algoritmis.
Deskripsi Lengkap