Skripsi ini menganalisis alasan pemerintah Jepang meliberalisasi sektor agrikulturnya
pada European Union-Japan Economic Partnership Agreement (EU-JEPA) padahal
sebelumnya, seringkali mendapatkan penolakan dari aktor-aktor domestiknya.
Metodologi yang digunakan studi ini adalah kualitatif dengan teknik pengumpulan data
berupa studi literatur dan wawancara. Melalui teori two-level games, skripsi ini
menjelaskan proses negosiasi dan alasan Jepang meliberalisasi sektor agrikulturnya
melalui tiga determinan dan satu faktor pendukung dalam penelitian ini yang dirangkum
dari proses negosiasi di Level I dan Level II. Pada Level I, terdapat kompromi antara
Jepang dan UE terhadap tarif produk sektor agrikultur yang menguntungkan kedua belah
pihak dan adanya kebijakan Abenomics dengan salah satu pilar reformasi agrikultur. Pada
Level II determinan I, terdapat pengurangan dominasi aktor-aktor domestik yang tidak
pro liberalisasi sektor agrikultur dan adanya kepentingan Shinzo Abe untuk melakukan
kerja sama ekonomi. Pada Level II determinan II, semakin besarnya peran lembaga
eksekutif Jepang (perdana menteri dan Kantei) di bawah Shinzo Abe yang intervensionis
dan suara partai oposisi yang terpecah belah dan lemah. Adapun faktor pendukung yang
ditemukan dalam studi ini adalah keberhasilan liberalisasi sektor agrikultur Jepang di
Trans-Pacific Partnership (TPP). Berdasarkan temuan tersebut, studi ini melihat bahwa
sikap proteksionis Jepang terhadap sektor agrikulturnya mengalami adaptasi seiring dengan desakan liberalisasi.
Deskripsi Lengkap