Fenomena globalisasi yang mendorong urbanisasi dan penerapan kebijakan desentralisasi
telah berdampak pada perubahan format diplomasi dari yang awalnya merupakan domain
eksklusif milik pemerintah pusat menjadi lebih terbuka bagi pemerintah sub-unit negara.
Hal itu mendorong kemunculan paradiplomasi, yakni kapasitas yang dimiliki oleh
pemerintah sub-unit negara untuk mengimplementasikan kebijakan luar negeri secara
mandiri, guna meraih kepentingan khususnya di tingkat internasional. Salah satu sub-unit
negara di Indonesia yang melakukan paradiplomasi adalah Kota Pekalongan sebagai
UNESCO Creative City of Crafts and Folk Art. Tesis ini berargumen bahwa keterlibatan
masyarakat sipil dalam paradiplomasi merupakan suatu hal yang signifikan, apalagi
ketika isu yang digarap terkait dengan aspek sosial, budaya dan kreativitas. Oleh karena
itu, tesis ini mengajukan pertanyaan penelitian sebagai berikut: bagaimana keterlibatan
elemen masyarakat sipil (civil society) dalam pelaksanaan paradiplomasi Kota
Pekalongan di Jaringan Kota Kreatif UNESCO (UNESCO Creative Cities Network) tahun
2014-2019? Guna menjawab pertanyaan penelitian tersebut, penulis menggunakan
kerangka teori Transnational Municipal Networks (TMNs), Diplomasi Kota, Diplomasi
Publik, dan Relasi Antar Aktor dengan metode penelitian kualitatif-studi kasus. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa paradiplomasi Kota Pekalongan di UCCN sudah
melibatkan elemen masyarakat sipil, namun dalam pelaksanaannya masih didominasi
oleh aktor negara.
Deskripsi Lengkap