Kajian ini menganalisis penyebab dari gagalnya diplomasi koersif Amerika Serikat terhadap
Iran pasca keluar dari Joint Comprehensive Plan of Actions (JCPOA). Tidak puas dengan
JCPOA, pemerintahan Trump memutuskan untuk keluar secara sepihak dari kesepakatan
tersebut kemudian segera menerapkan diplomasi koersif kepada Iran dengan tujuan untuk
membuat kesepakatan baru yang lebih komprehensif di luar JCPOA. Diplomasi koersif
tersebut diimplementasikan melalui kampanye maximum pressure yang mengandalkan
ancaman dan implementasi sanksi-sanksi keras kepada Iran. Maximum pressure tersebut
kemudian diintegrasikan ke dalam strategi diplomasi koersif ultimatum (2018) dan gradual
turning of the screw (2019). Dengan menggunakan teori efektivitas diplomasi koersif dan
metode penelitian causal-process tracing, kajian ini menemukan bahwa penyebab dari
gagalnya diplomasi koersif Amerika Serikat pada periode 2018-2019 adalah karena tidak
terpenuhinya seluruh variabel-variabel efektivitas diplomasi koersif yaitu legitimasi tujuan,
kewajaran dan konsistensi permintaan, kredibilitas ancaman, insentif, serta asimetri motivasi.
Deskripsi Lengkap