Masyarakat Muslim di Indonesia memiliki wajah yang beragam. Sistem demokrasi di
Indonesia secara paradoksikal turut mendukung bangkitnya kelompok konservatisme
yang menolak paradigma Barat. Sehingga seringkali terjadi perdebatan sengit mengenai
pluralisme agama, hak asasi manusia, dan kebebasan. Salah satunya adalah perdebatan
mengenai kebijakan penghapusan kekerasan seksual. Berbagai aksi menentang
pengesahan Rancangan Undang-Undang Penghapusan Kekerasan Seksual (RUU P-KS),
juga disuarakan melalui kelompok Indonesia Tanpa Jaringan Islam Liberal (ITJ) yang
hingga saat ini menyuarakan penolakannya terhadap RUU P-KS di media sosial. Mereka
menyebarkan pesan melalui ruang digital dan gerakannya semakin meluas. Namun,
dengan beragamnya khalayak ITJ, setiap penerimaan pesan pun terjadi secara spesifik.
Khalayak tidak selalu pasif menerima setiap pesan yang diterima. Oleh karena itu,
penelitian ini melihat bagaimana penerimaan pengikut akun ITJ terhadap konten ITJ
mengenai penolakan RUU P-KS dengan menggunakan teori encoding-decoding Stuart
Hall (1980). Selain itu, peneliti akan menggunakan konsep liberal, moderat dan
konservatif dalam melihat latar belakang ideologi informan untuk menjelaskan posisi
penerimaan informan terhadap konten ITJ. Penelitian ini menggunakan studi kasus untuk
menjelaskan polemik RUU P-KS, khususnya dalam konten ITJ. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pemaknaan informan terhadap konten ITJ mengenai RUU P-KS
melalui berbagai pertimbangan. Pertimbangan tersebut dipengaruhi ideologi masing-
masing informan.
Deskripsi Lengkap