Disertasi ini menjelaskan tentang fenomena residivis terorisme di Indonesia, rumusan
parameter keberhasilan deradikalisasi dan model pencegahan residivisme teroris di
Indonesia di masa mendatang. Isnaini Ramdhoni yang baru dua bulanan menjalani
masa pembebasan bersyarat setelah menjalani deradikalisasi di Pusat Deradikalisasi
BNPT Sentul Bogor, menjadikan program deradikalisasi di Indonesia perlu dikaji
kembali. Disertasi ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif dan Delphi.
Metode Delphi dilakukan terhadap para pelaksana program deradikalisasi yaitu
lembaga pemerintah dan non pemerintah di Indonesia saat ini. Metode Delphi
menghasilkan model pencegahan residivisme teroris di Indonesia berdasarkan
konsensus-konsensus dari para pelaksana deradikalisasi. Temuan dalam disertasi ini
adalah narapidana teroris yang mempunyai paham takfiri tidak mau mengikuti program
deradikalisasi, residivis teroris sebagian besar diakibatkan masih kuatnya pengaruh
kelompok teroris terhadap mantan napiter; program deradikalisasi di Indonesia masih
dilaksanakan secara parsial; belum ada standar kompetensi pelaksana deradikalisasi;
belum ada parameter yang standar untuk mengetahui keberhasilan pelaksanaan
deradikalisasi; kategori teroris yang digunakan oleh BNPT saat ini hanya untuk teroris
yang berasal dari kelompok, sedangkan kategori teroris yang berasal dari individu
belum ada; ego sectoral masih kuat diantara lembaga pemerintah masih menjadi
masalah yang serius. Kolaborasi, kompetensi dan peningkatan kapasitas harus
dilakukan oleh lembaga pemerintah dan lembaga non pemerintah yang melaksanakan
deradikalisasi. Model teoritis pencegahan residivisme teroris di Indonesia dalam
disertasi ini menggunakan teori-teori: Differential Association, Social Learning
Theory, Peace Making Criminology dan Social Bond Theory, dapat menjadi alternatif
bagi para pelaksana deradikalisasi.
Deskripsi Lengkap