Melalui kasus gerakan lokal Muhammadiyah di kawasan post-suburban Depok, disertasi
ini memperlihatkan mekanisme agama sebagai pembentuk realitas sosial kota, dan
mekanismenya itu dilakukan melalui frase yang dirumuskan sebagai membangun
keadilan kota dari bawah. Argumen tersebut merupakan penjabaran operasional sekaligus
modifikasi dari premis urban religion-nya Lans dan Oosterbaan (2016). Sekaligus, tesis
tersebut menolak pendekatan yang meletakkan agama (dalam hal ini Islam) hanya sebagai
fenomena reaksioner, bahkan menggugat premis kota sebagai arena tumbuhnya patologi
beragama. Penelitian disertasi ini menggunakan metodologi kualitatif dengan pendekatan
extended case method Burawoy (2009). Muhammadiyah lokal kawasan post-suburban
dianalisis sebagai fenomena gerakan sosial-keagamaan dalam jenjang kasus melalui
pendekataan urban religious aspiration; sementara pendekatan the privatization of the
fringe dalam literatur post-suburban diletakkan sebagai arena sekaligus konteks.
Temuan teoritik disertasi ini dirumuskan sebagai konsep insiderness dan konsep
kontestasi aspirasional berjenjang. Keduanya dikonstruksikan sebagai komponen konsep
dalam pendekatan urban religious aspiration, sekaligus menguatkan konstibusinya
sebagai ?the im-materiality of urban religion?. Insiderness?yang menjadi dasar
sekelompok orang berkontestasi dalam suatu sistem sosial-spasial?ditempatkan menjadi
komponen konsep dalam pendekatan urban religious aspiration karena belum
dikonseptualisasikannya aspek insiderness ini. Sedangkan konsep kontestasi aspirasional
berjenjang?yang dimodifikasi dari konsep serupa dari Goh dan van der Veer (2016:
371)?dikonseptualisasikan secara bertingkat (mikro, meso, dan makro), tidak lagi
terfokus kepada fenomena tunggal. Melalui kontetasi aspirasional berjenjang, gerakan
lokal Muhammadiyah kawasan post-suburban melakukan lima mekanisme membangun
keadilan kota dari bawah: (1) filantropi, (2) school improvement, (3) strategi
penjenjangan kehidupan sosial berorganisasi, (4) sebagai kelompok kepentingan, dan (5)
strategi teritorialisasi. Kapasitas kontestasi aspirasional berjenjangnya itu bertumpu pada
kolektivitas amal sholeh-sosial (yang bekerjanya mirip dengan inner-worldly asceticism
Weberian), dan disangga oleh kehidupan sosial berasosiasi sebagai organisasi gerakan
sosial. Insiderness bekerja sebagai mekanisme utama dibalik lima pola kontestasi
aspirasional berjenjang dalam kerangka membangun keadilan kota tersebut.
Deskripsi Lengkap