Dengan kemajuan yang ada saat ini, telah membuat penyebaran informasi berkembang
begitu pesat. Kemudahan dalam mengakses informasi didukung oleh kehadiran internet
dan pendukung lainnya seperti gawai pintar. Kehadiran informasi sangat dibutuhkan oleh
masyarakat tidak terkecuali untuk informasi yang berkaitan dengan politik. Dengan
banyaknya informasi politik yang tersebar di internet, khalayak mempunyai kebebasan
dalam menentukan informasi yang ingin mereka konsumsi berdasarkan kebutuhan
mereka. Di sisi lain, informasi politik seakan tidak terdistribusi dengan baik kepada
masyarakat kalangan bawah seperti asisten rumah tangga. Bercermin pada pemilu 2019
silam, banyak asisten rumah tangga yang memiliki Kartu Tanda Penduduk berbeda
dengan domisili mereka bekerja, tidak bisa memberikan suaranya karena tidak
mengetahui informasi terkait formulir pindah memilih. Dalih yang digunakan mereka
adalah karena tidak mendapatkan informasi untuk melakukan pengurusan formulir
pindah memilih. Para asisten rumah tangga pada dasarnya memiliki hak yang sama dalam
berdemokrasi, hanya saja dalam praktiknya mereka sering kali apolitik sehingga
mengabaikan informasi politik yang tersedia. Dalam tesis ini, saya berusaha untuk
melihat bagaimana perilaku pencarian informasi politik yang terjadi di kalangan asisten
rumah tangga berdasarkan perilaku pencarian informasi dalam model yang ditawarkan
Wilson (2006). Penelitian ini menemukan, bahwa masyarakat kalangan bawah pada
dasarnya tidak memiliki kebutuhan akan informasi politik yang mana hal ini kebutuhan
akan informasi sangat penting dalam membangun perilaku pencarian informasi. Selain
itu, meski mereka tetap menerima informasi terkait politik, namun informasi yang mereka
terima tidak utuh dan memiliki pola yang berbeda dengan model Wilson (2006). Hal ini
disebabkan, inti dari perilaku pencarian informasi yaitu kebutuhan tidak dimiliki oleh
masyarakat kalangan bawah.
Deskripsi Lengkap