Pandemi COVID-19 yang terjadi pada awal 2020 membuat pemerintah di seluruh
dunia menutup sementara lembaga pendidikan dan sekolah dalam upaya menahan
penyebaran penyakit pernafasan ini. Sebagai respon dari penutupan sekolah, UNESCO
memberikan rekomendasi solusi berupa program pembelajaran jarak jauh dengan
menggunakan aplikasi serta platform pendidikan terbuka yang dapat digunakan sekolah
dan guru agar dapat menjangkau peserta didik walau tidak bertemu fisik agar disrupsi
pendidikan dapat diminimalisir. Indonesia sendiri turut menerapkan hal ini melalui Surat
Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 4 Tahun 2020 yang wajib diikuti
seluruh institusi pendidikan di Indonesia, termasuk SMAN 8 Tangerang. Penelitian ini
mengangkat kasus adopsi inovasi PJJ daring yang dilakukan SMAN 8 Tangerang.
Menariknya, karena keadaan pandemi yang ada di Indonesia, para guru di SMAN 8
Tangerang yang mayoritas adalah imigran digital harus menguasai inovasi yang
sebelumnya tidak pernah digunakan untuk kegiatan belajar mengajar dalam waktu yang
singkat dan supervisi yang minimal tanpa standarisasi yang diterapkan oleh pengambil
kebijakan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan paradigma post-
positivistik, dan metode studi kasus. Dalam kasus ini, peneliti dapat melihat bahwa
keputusan adopsi inovasi berbeda-beda pada setiap individu tergantung proses dalam diri
setiap guru karena karakteristik para guru yang berbeda walaupun sama-sama berasal dari
generasi imigran digital. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya tahapan adopsi
inovasi yang terjadi dalam diri informan. Masing-masing guru memutuskan untuk
menggunakan suatu inovasi dengan perilaku dan alasan yang berbeda berdasarkan
pengalaman diri dan pengetahuan yang telah dicari sebelumnya. Peneliti juga
menemukan beberapa unsur inovasi yang mempengaruhi satu guru, belum tentu diterima
sama oleh guru lainnya.
Deskripsi Lengkap