Masyarakat Toraja pada praktiknya mengenal dua jenis upacara adat yakni Rambu Tuka?
dan Rambu Solo?. Rambu solo? sebagai bentuk penghormatan terakhir bagi orang telah
meninggal. Tulisan ini membahas tentang pengaruh pandemi dalam aspek budaya
terhadap tradisi yakni Rambu Solo? atau upacara pemakaman. Penelitian ini dilakukan
secara kualitatif dengan teknik pengumpulan data; observasi partisipan, wawancara
mendalam dan studi literatur. Penelitian ini berupa autoetnografi karena bersumber dari
budaya penulis sendiri. Pandemi Covid-19 yang dimulai sejak akhir tahun 2019 menjadi
tantangan baru bagi pelaksanaan Rambu solo?. Beberapa praktik dalam Rambu solo?
bertentangan dengan protokol kesehatan. Panitia pelaksana dihadapkan dengan tantangan
pandemi dan kewajiban melakukan ritual. Sehingga muncul beberapa bentuk modifikasi
agar Rambu solo? dan protokol kesehatan tetap berjalan beriringan. Modifikasi yang
dilakukan hanya sebagai respons terhadap tantangan di situasi darurat yakni pandemi
Covid-19. Bentuk - bentuk modifikasi dilakukan dengan cara menyederhanakan kegiatan
seperti; membatasi acara ma?badong dan adu kerbau, menyiapkan atribut protokol
kesehatan baik masker, tangki pencucian tangan, memberi label silang pada pondok,
membatasi waktu tamu di lokasi, dan penggunaan wadah plastik. Modifikasi yang
dilakukan merupakan sebuah kebiasaan baru bagi masyarakat Toraja yang tentunya
disertai dengan ketegangan oleh beberapa pihak. Konsep inovasi dari Rogers (2003)
menuntun penulis dalam mengelaborasi modifikasi pelaksanaan Rambu solo? di masa
pandemi. Perilaku modifikasi sebagai bagian dari inovasi pada akhirnya dievaluasi oleh
adopter. Adopsi merupakan keputusan yang diambil untuk menerapkan inovasi dan
memberlakukan ide atau perilaku yang berbeda dengan yang sebelumnya. Inovasi dapat
berlanjut atau berhenti ditentukan oleh kesesuaiannya dengan nilai, keyakinan dan
pengalaman masa lalu sistem sosial.
Deskripsi Lengkap