Dalam tulisan ini, saya mendeskripsikan bagaimana laki-laki dewasa di dalam keluarga intinya
mengambil keputusan untuk menjadi seorang bapak rumah tangga yang dalam realitanya
berlawanan dari peran gender ideal masyarakat Jakarta serta pengaruhnya terhadap maskulinitas
hegemoni yang berlaku di Jakarta. Penelitian ini dilakukan dengan wawancara jarak jauh
menggunakan gawai terhadap lima bapak rumah tangga, dua pasangannya, dan enam masyarakat
umum di Jakarta. Menggunakan konsep doing dan undoing gender saya berusaha menjelaskan
bagaimana mereka menjadi seorang bapak rumah tangga dan menggunakan konsep hegemonic
masculinity untuk menjelaskan posisi unik mereka yang secara bersamaan menegaskan
maskulinitas tradisional dan memunculkan cara baru untuk menjadi laki-laki. Hasil temuan
penelitian ini adalah pengaruh signifikan peristiwa pendorong yang sangat berkaitan dengan
keadaan ekonomi dalam merasionalisasikan peran bapak rumah tangga yang dijalankan oleh laki-
laki. Dari peristiwa pendorong ini muncul praktik-praktik baru untuk menjadi laki-laki yang
dimungkinkan oleh pembatalan gender pada praktik tugas domestik. Hal ini tidak sepenuhnya
bertentangan dari maskulinitas hegemoni tapi saling berkelindan sehingga menciptakan
maskulinitas lokal unik yang tetap mengacu pada maskulinitas hegemoni bapak di tingkatan
regional sebagai kerangka budaya. Para bapak rumah tangga menempati posisi yang unik,
melakukan gender dengan menegaskan maskulinitasnya dan membatalkan gender dengan
membingkai ulang maskulinitasnya.
Deskripsi Lengkap