Tubuh yang atletis dan dan berotot menjadi komponen yang penting
bagi laki-laki gay. Laki-laki gay yang maskulin, menarik, dan berotot lebih
disukai daripada laki-laki yang memilikiberat badan berlebih, lemah, dan tidak
menarik. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana menjadi
muscular atau berotot memainkan peran penting dalam kehidupan gay. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa menjadi berotot memainkan peran penting
dalam gagasan picking up atau mencari pasangan untuk laki-laki gay dengan
tubuh yang serupa. Gay lebih menyukai laki-laki maskulin, dengan
menggunakan istilah seperti manly, macho, dan maskulin. Adanya hegemoni
maskulinitas melanggengkan dominasi laki-laki terhadap laki-laki dan juga
menentukan bagaimana seharusnya menjadi laki-laki, sehingga muncul
pandangan pada akhirnyalaki-laki seharusnya menjadi maskulin terlepas dari
statusnya sebagai gay. Pada akhirnya dalam hubungan gay seharusnya terjadi
antar laki-laki dengan sesama laki-laki. Sehingga menjadi ?laki- laki?
merupakan suatu kebutuhan dalam dunia gay. Mereka harus mempertahankan
tubuh yang berotot, keras, dan hipermaskulin untuk mempertahankan rasa
maskulinitas dan tidak dikaitkan dengan femininitas. Pengaturan laki-laki gay
yang ideal tidak hanya terjadi di antara laki-laki gay, tetapi juga dalam
masyarakat heteroseksual yang lebih luas. Terdapat anggapan masyarakat
dapatlebih menoleransi laki-laki gay asalkan mereka tidak menantang tatanan
gender antara maskulin dan feminin. Penelitian ini melihat bagaimana laki-laki
gay kelas menengah merawat tubuhnya dalam bentuk pembentukan otot, yang
mana beperan untuk memunculkan maskulinitasnya. Laki- laki gay dapat
bertahan di tengah lingkungan yang berpegang pada nilai-nilai heteronormatif
dan memelihara keberadaannya di dalam dunia gaynya melalui identitas
maskulin yang dimilikinya. Laki-laki gayseperti mengejar gambaran
?maskulin? dengan mewujudkan citra tubuh yang ideal untuk dapat diterima
baik oleh lingkungan gaynya maupun masyarakat pada umumnya. Namun
kemudian gayakan dihadapkan dengan kekhawatiran akan citra tubuh sebagai
konsekuensi dari gambaran tubuhyang berotot dan atletis yang ada pada
budaya gay.
Deskripsi Lengkap