Kajian-kajian tentang lanskap spiritual terdahulu selalu berkaitan dan didukung dengan
kekuatan eksternal seperti penghormatan terhadap leluhur, roh halus, simbolisasi mikro
kosmik, dan bahkan sosial politik. Tesis ini mencoba untuk menambahkan perdebatan
tentang bagaimana lanskap spiritual dibangun dari hal yang sangat partikular dan profan
dengan bentuk-bentuk komodifikasi terhadap Gunung Kawi. Selain itu, penelitian ini
juga mencoba untuk memahami bagaimana mereka tetap paralel dan bermakna dengan
kesakralan Gunung Kawi. Dengan menggunakan metode etnografi dan melakukan
pengamatan yang mendalam, saya menjumpai dua keberadaan yang signifikan untuk
ditelaah lebih lanjut yaitu keberadaan pengunjung dan warga. Saya juga melihat bahwa
interaksi pengunjung dan warga melahirkan praktik komodifikasi. Bertumpu pada
pemikiran Bateson, ia menyatakan bahwa suatu kebudayaan penting untuk dilihat dari
interaksi mereka dengan kebudayaan lain. Hal ini membuktikan bahwa feedback loops
keberadaan pengunjung dan warga yang saling berinteraksi sebelumnya membentuk
entitas baru bernama pengantar tamu. Pada saat tertentu, pengantar tamu
memperlakukan Gunung Kawi dengan sangat sakral dalam wujud punden. Di samping
itu, pengantar tamu juga melakukan praktik komodifikasi terhadap situs suci yang di
dalamnya terdapat persaingan, pertarungan, dan kepentingan. Pengantar tamu
menciptakan praktik-praktik komodifikasi yang pada akhirnya menjadi penting untuk
menjaga eksistensi kesakralan Gunung Kawi. Komodifikasi juga diperlukan untuk
mencari mekanisme order dalam memperoleh pembangunan dan kesejahteraan warga
yang diperoleh dari pengunjung.
Deskripsi Lengkap