Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dan kondisi makroekonomi yang stabil selalu
dijadikan tolok ukur keberhasilan ekonomi suatu negara. Di satu sisi, strategi ekonomi
Indonesia dianggap berhasil dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi yang cukup
tinggi dan kondisi makroekonomi yang stabil. Di sisi lain, strategi pembangunan yang
ditempuh Indonesia justru menyebabkan permukiman kumuh di Indonesia semakin luas
dan semakin padat sejak akhir dekade 90-an hingga tahun 2019. Tesis ini menjelaskan
penyebab kegagalan pembangunan dalam menyelesaikan persoalan permukiman kumuh
di Indonesia yang akan dibedah dengan kerangka konsep Globalisasi Modal di Kapitalis
Pinggiran dan konsep kutub marjinal. Adapun metode yang digunakan adalah metode
penelitian kualitatif advokatif dengan metode pengumpulan data melalui wawancara,
studi literatur, dan Focus Group Discussion (FGD). Tesis ini menemukan pembangunan
Post-Washington Consensus tidak menghilangkan imperialisme global dan karakter
ketergantungan dari kapitalis pinggiran, tetapi melanggengkan kedua relasi tersebut
yang menyebabkan pendalaman eksploitasi masyarakat di negara pinggiran dalam
berbagai bentuk seperti fleksibilisasi relasi kerja, neoliberalisasi ruang kota, dan
ekspansi relasi kapitalisme ke wilayah rural. Kondisi tersebut menyebabkan
kemunculan kutub marjinal dengan kerentanan tinggi yang akan menyebabkan
meningkatnya permukiman kumuh. Tesis ini berargumen bahwa pembentukan
permukiman kumuh yang masif di Indonesia disebabkan oleh terjadinya transformasi
imperialisme menjadi globalisasi yang menyebabkan marginalisasi masyarakat
Indonesia yang memunculkan kutub marjinal dengan kerentanan tinggi.
Deskripsi Lengkap