Tesis ini menganalisis fenomena penundaaan implementasi Lisensi FLEGT di
Indonesia yang terjadi pada kurun waktu 2015 hingga 2016. Keterlibatan negara
produsen kayu dalam FLEGT (Forest Law Governance, Enforcement and Trade),
khususnya kemitraan VPA (Volutary Partnership Agreement), seringkali
diatribusikan sebagai upaya mendapatkan akses pasar akibat mekanisme kerja
berbasis pasar yang digunakan dalam rezim politik kehutanan internasional
tersebut. Namun pada tahapan akhir negosiasi kerjasama tersebut, Indonesia justru
mengeluarkan kebijakan di level nasional yang bersifat kontraproduktif dan
berimplikasi terhadap penundaan penyetaraan SVLK (Sisten Verifikasi Legalitas
Kayu) sebagai Lisensi FLEGT. Oleh karena itu, tesis ini bermaksud untuk
memahami perilaku Indonesia dan memetakan faktor-faktor pembentuk
perubahan sikap Indonesia pada tahapan akhir negosiasi. Dengan menggunakan
metode penelitian kualitatif dan pendekatan studi kasus tunggal yang dipandu oleh
Teori Faktor-Faktor Pembentuk Diplomasi Ekonomi dari Stephen Woolcock
(2016). Tesis ini menyimpulkan bahwa penundaan Implementasi Lisensi FLEGT
disebabkan oleh kompleksitas proses pengambilan kebijakan. Dikarenakan proses
tersebut dibentuk oleh tarik menarik faktor pembentuk di tataran sistemik,
domestik dan pada konteks tertentu dipengaruhi oleh faktor ideasional berupa
perbedaan persepsi aktor pemangku kepentingan terkait penerapan kewajiban
SVLK.
Deskripsi Lengkap