Berdasarkan data Pusdatin Kementerian Kesehatan tahun 2019, jumlah penderita baru
HIV/AIDS di Indonesia yaitu sebanyak 50.282 kasus. Hal tersebut menunjukkan bahwa
pada tahun 2019 merupakan tahun tertinggi kasus HIV di Indonesia dibandingkan
dengan tahun 2015 sebanyak 30.935 kasus, tahun 2016 sebanyak 41.250 kasus, tahun
2017 sebanyak 48.3000 kasus, tahun 2018 sebanyak 46.650 kasus. Banyaknya jumlah
orang yang positif HIV/AIDS tersebut diperlukan upaya rehabilitasi sosial bagi para
penderita HIV/AIDS. Upaya rehabilitasi sosial tersebut dilakukan melalui program
rehabilitasi sosial bagi Orang Dengan HIV/AIDS. Tujuan penelitian ini yaitu untuk
mengevaluasi program rehabilitasi sosial Orang Dengan HIV/AIDS dan untuk
mengidentifikasi faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam pencapaian hasil
(outcome) program tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tahap bimbingan
(terapi kesehatan) belum berhasil mengubah mindset klien YD. Klien YD masih
memiliki kecenderungan melakukan hubungan seksual beresiko. Tahap bimbingan
(terapi sosial) belum berhasil mengubah mindset klien YD. Klien YD belum mampu
beradaptasi dengan lingkungannya. Tahap bimbingan (terapi fisik) sudah berhasil
mengubah mindset klien EPK. Klien EPK sudah melakukan pola hidup sehat yang
ditunjukkan dengan makan makanan dengan gizi seimbang dan menerapkan pola hidup
yang teratur. Tahap bimbingan (terapi sosial) sudah berhasil mengubah mindset klien IS
dan ST. Hal tersebut ditunjukkan dengan klien IS dan ST yang sudah patuh/adherence
dalam minum obat. Tahap bimbingan (terapi kesehatan) belum berhasil mengubah
mindset klien IS. Hal tersebut ditunjukkan dengan klien IS yang belum berkomitmen
untuk menjalani pola hidup sehat dengan masih melakukan aktivitas merokok. Faktor
pendukung pencapaian hasil (outcome) dalam Program Rehabilitasi Sosial Orang
Dengan HIV/AIDS yaitu motivasi yang ditunjukkan dengan adanya kesadaran klien
untuk menambah pengetahuan tentang HIV/AIDS dan menambah keterampilan.
Kemudian, dukungan keluarga juga sudah ditunjukkan dengan kunjungan orang tua
klien ke loka dan faktor lingkungan ditunjukkan dengan lokasi tempat tinggal klien yang
aman dari pergaulan bebas. Sedangkan faktor penghambatnya yaitu kualitas sumber
daya pendamping. Hal tersebut ditunjukkan dengan terbatasnya pegawai yang
mengurusi administrasi sehingga para pekerja sosial harus menjalankan fungsi
administrasi loka. Selain itu, para pekerja sosial belum bersertifikat pekerja sosial.
Faktor penghambat lainnya yaitu kualitas bimbingan. Hal tersebut ditunjukkan dengan
waktu layanan yang terbatas sehingga bimbingan tidak berjalan maksimal.
Deskripsi Lengkap