Penelitian ini berusaha melihat konstruksi autentisitas streetwear fashion (mode jalanan) tiruan
yang dikenakan oleh orang muda untuk menampilkan simbol-simbol tertentu. Secara global,
pengguna mode jalanan menekankan orientasi mendalam yang mencakup tindakan sosial
sehari-hari dengan kepentingan simbolis. Dalam konsep Jean Baudrillard, pengertian
hiperrealitas dan simulakrum mencirikan budaya konsumen global saat ini di mana citra produk
lebih penting daripada produk itu sendiri. Tanda dan gambar yang mengambang bebas ini tidak
mewakili realitas objektif. Mode jalanan kemudian ?menggantikan? mode kelas atas dan
memutuskan hubungan dengan realitas penggunaan mode sebelumnya, tidak peduli mode yang
digunakan adalah material ilegal. Penelitian ini menggunakan paradigma postmodernisme dan
metode fenomenologi yang melibatkan lima orang narasumber pengguna mode jalanan tiruan.
Sebagai bagian dari konstruksi autentisitas, narasumber menafsirkan mode jalanan tiruan
sebagai media integrasi sosial dan mobilitas sosial yang melibatkan satu kelompok sosial kelas
atas terpilih. Selain itu, penggunaan mode jalanan tiruan ini juga didorong oleh keinginan
konsumsi mencolok yang memberikan kesan mewah, prestise dan unik. Mode jalanan tiruan
juga membawa pengguna pada perasaan stabilitas ekonomi dan kekuatan berdasarkan daya
beli, dan ini terbentuk melalui pra-pemaknaan penggunaan mode jalanan di masyarakat.
Pengguna mode jalanan tiruan mengonstruksi autentisitas ini sebagai bentuk komunikasi
nonverbal yang melibatkan simbol mewah hypercounterfeit.
Deskripsi Lengkap