Deskripsi Lengkap

Skripsi
No. Panggil : 0028-2021/ESK-HI Hel k
Judul : Kerjasama pendidikan tinggi ASEAN pada dasarnya dibentuk untuk mendorong pembentukan identitas regional di kalangan generasi muda. Mobilitas pelajar menjadi salah satu program yang berkaitan dengan tujuan ini, salah satunya yaitu AUN-ACTS (ASEAN Credit Transfer System) yang berada di bawah naungan AUN sebagai wadah kerjasama resmi pendidikan tinggi di ASEAN. Namun, kenyataannya, mobilitas pelajar Indonesia di intra-ASEAN masih sangat rendah dan hanya terfokus pada negara anggota tertentu saja. Tulisan ini ditujukan untuk mengeksplorasi dan mengidentifikasi faktor- faktor yang berpengaruh dalam proses penyelenggaraan program AUN-ACTS bagi mobilitas pelajar intra-ASEAN serta menganalisis isu mobilitas pelajar dalam proses regionalisasi pendidikan tinggi di tingkat regional dan global, melalui program AUN- ACTS di Universitas Indonesia. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus tunggal, dengan wawancara dan studi pustaka sebagai instrumen pengambilan data. Dengan kerangka pemikiran tata kelola multi dan regionalisasi pendidikan tinggi, penulis menemukan bahwa mobilitas pelajar di intra-ASEAN yang masih timpang terjadi karena mahasiswa menjadikan posisi universitas di peringkat dunia sebagai referensi untuk menentukan pilihannya, sehingga lebih memilih untuk pergi ke negara maju. Selain itu, AUN-ACTS masih mengalami sejumlah kendala yang bersifat teknis sebagai akibat dari proses harmonisasi yang belum menyeluruh di seluruh universitas peserta untuk mengakomodasi mobilitas pelajar. Hal ini diperparah dengan kelangsungan kompetisi global yang mendorong negara anggota untuk menjadi lebih individualistik dalam mendapatkan the biggest piece of the pie, melalui kerjasama dengan aktor luar regional yang lebih mumpuni. Dengan penerapan model pengelolaannya yang masih berbasis sukarela, tanpa adanya dorongan maupun insentif khusus, maka sulit bagi universitas maupun negara anggota ASEAN untuk memprioritaskan kerjasama di intraregional. Meskipun telah bergerak menuju harmonisasi pendidikan tinggi, negara anggota ASEAN perlu berkomitmen untuk membantu satu sama lain dalam meningkatkan kualitas pendidikan tinggi dan maju ke tahap kerjasama yang lebih erat.
Pengarang : Helena Roswita Kurniasih
Strata :
Pembimbing : Dra. Nurul Isnaeni, M.A., Ph.D.
Fakultas : FISIP-UI
Tahun : 2021
Open/Membership :
Ketersediaan
Nomor Panggil No. Barkod Ketersediaan
0028-2021/ESK-HI Hel k 0028-2021/ESK-HI Hel k TERSEDIA
File Digital
Ulasan Anggota
Tidak ada ulasan pada koleksi ini: 77527
Sampul
Abstrak
Kerjasama pendidikan tinggi ASEAN pada dasarnya dibentuk untuk mendorong pembentukan identitas regional di kalangan generasi muda. Mobilitas pelajar menjadi salah satu program yang berkaitan dengan tujuan ini, salah satunya yaitu AUN-ACTS (ASEAN Credit Transfer System) yang berada di bawah naungan AUN sebagai wadah kerjasama resmi pendidikan tinggi di ASEAN. Namun, kenyataannya, mobilitas pelajar Indonesia di intra-ASEAN masih sangat rendah dan hanya terfokus pada negara anggota tertentu saja. Tulisan ini ditujukan untuk mengeksplorasi dan mengidentifikasi faktor- faktor yang berpengaruh dalam proses penyelenggaraan program AUN-ACTS bagi mobilitas pelajar intra-ASEAN serta menganalisis isu mobilitas pelajar dalam proses regionalisasi pendidikan tinggi di tingkat regional dan global, melalui program AUN- ACTS di Universitas Indonesia. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus tunggal, dengan wawancara dan studi pustaka sebagai instrumen pengambilan data. Dengan kerangka pemikiran tata kelola multi dan regionalisasi pendidikan tinggi, penulis menemukan bahwa mobilitas pelajar di intra-ASEAN yang masih timpang terjadi karena mahasiswa menjadikan posisi universitas di peringkat dunia sebagai referensi untuk menentukan pilihannya, sehingga lebih memilih untuk pergi ke negara maju. Selain itu, AUN-ACTS masih mengalami sejumlah kendala yang bersifat teknis sebagai akibat dari proses harmonisasi yang belum menyeluruh di seluruh universitas peserta untuk mengakomodasi mobilitas pelajar. Hal ini diperparah dengan kelangsungan kompetisi global yang mendorong negara anggota untuk menjadi lebih individualistik dalam mendapatkan the biggest piece of the pie, melalui kerjasama dengan aktor luar regional yang lebih mumpuni. Dengan penerapan model pengelolaannya yang masih berbasis sukarela, tanpa adanya dorongan maupun insentif khusus, maka sulit bagi universitas maupun negara anggota ASEAN untuk memprioritaskan kerjasama di intraregional. Meskipun telah bergerak menuju harmonisasi pendidikan tinggi, negara anggota ASEAN perlu berkomitmen untuk membantu satu sama lain dalam meningkatkan kualitas pendidikan tinggi dan maju ke tahap kerjasama yang lebih erat.