Deskripsi Lengkap

PengarangIezzati Qudratika
JudulFaksionalisasi Partai Nanggroe Aceh (PNA) Pasca Kongres Luar Biasa Pemilihan Ketua Umum PNA Periode 2019 ? 2024
Pembimbing/SupervisorDr. Kamarudin, M.Si.
Bahasa UtamaIND
AbstrakFenomena faksionalisme kerap kali masih menggeluti kehidupan partai politik lokal Aceh. Salah satu kelahiran partai lokal yang dipicu oleh fenomena faksionalisasi adalah kelahiran PNA yang merupakan hasil perpecahan dari kelembagaan Partai Aceh. Afiliasi faksi dalam kelembagaan PNA kembali terbentuk pasca adanya fragmentasi internal dan tarik menarik kekuasaan intra-partai antara elit dominan Irwandi Yusuf dan Samsul Bahri. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif-deskriptif dengan metode studi kasus yang bertujuan untuk mengetahui pergerakan dan karakteristik fenomena faksionalisasi pada kelembagaan PNA pasca pergelaran Kongres Luar Biasa atas pemilihan Ketua Umum DPP PNA periode 2019 ? 2024. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, studi kepustakaan, dan dokumentasi. Penelitian ini menggunakan teori konflik dari Dahrendorf dan Rauf serta teori faksionalisasi Belloni dan Beller. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lemahnya kohesivitas dan pelembagaan partai, kuatnya nilai-nilai patronase dan ciri partai personalistik serta pola pemutusan kebijakan monolitik oleh Irwandi Yusuf dan penyelenggaraan KLB 2019 untuk menglengserkan kepemimpinan Irwandi oleh faksi Samsul Bahri menjadi penyebab utama lahirnya konflik internal dan terkristalisasinya faksi dalam kelembagaan PNA. Tidak terwujudnya konsensus internal melalui peran Mahkamah Partai untuk mengakhiri faksionalisasi menunjukkan fungsi kepartaian PNA yang belum maksimal. Implikasi teori dalam penelitian ini yaitu relatifitas antara terlembagakannya konflik yang dipaparkan oleh Dahrendorf dan Rauf kemudian bergerak menjadi fenomena faksionalisasi yang dipaparkan oleh Belloni dan Beller. Adanya kesesuaian atas pergerakan dan karakteristik faksi yang terus berkembang ini merupakan perwujudan terhadap terbentuknya faksi degeneratif. Pembentukan faksi ini terjadi setelah melalui tahapan pergerakan dari faksi kooperatif yang dikenal dengan cliques faction, faksi kompetitif atau personal-client group faction dan faksi degeneratif atau institutionalized faction.
Jenis BahanTesis
Kode BahasaIND
Catatan Umum
No. Induk0011-2021/ETS-Pol Iez f
No. Barkod0011-2021/ETS-Pol Iez f
Kata KunciFaksionalisme, Konflik Internal, Pemilihan Ketua Umum Partai
Kota TerbitDepok
Tahun2021
SubjekFaksionalisme, Konflik Internal, Pemilihan Ketua Umum Partai
Tahun Buka Akses
Catatan Bibliografi
PenerbitFISIP UI
Pemilik
Pembatasan Akses
Lokasi
Catatan Disertasi
Akses dan Lokasi Elektronik
Sumber Koleksi
Deskripsi Fisik
Catatan Bahasa
No. Panggil0011-2021/ETS-Pol Iez f
Ketersediaan
Nomor Panggil No. Barkod Ketersediaan
0011-2021/ETS-Pol Iez f 0011-2021/ETS-Pol Iez f TERSEDIA
Ulasan Anggota
Tidak ada ulasan pada koleksi ini: 77602
Sampul
Abstrak
Fenomena faksionalisme kerap kali masih menggeluti kehidupan partai politik lokal Aceh. Salah satu kelahiran partai lokal yang dipicu oleh fenomena faksionalisasi adalah kelahiran PNA yang merupakan hasil perpecahan dari kelembagaan Partai Aceh. Afiliasi faksi dalam kelembagaan PNA kembali terbentuk pasca adanya fragmentasi internal dan tarik menarik kekuasaan intra-partai antara elit dominan Irwandi Yusuf dan Samsul Bahri. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif-deskriptif dengan metode studi kasus yang bertujuan untuk mengetahui pergerakan dan karakteristik fenomena faksionalisasi pada kelembagaan PNA pasca pergelaran Kongres Luar Biasa atas pemilihan Ketua Umum DPP PNA periode 2019 ? 2024. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, studi kepustakaan, dan dokumentasi. Penelitian ini menggunakan teori konflik dari Dahrendorf dan Rauf serta teori faksionalisasi Belloni dan Beller. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lemahnya kohesivitas dan pelembagaan partai, kuatnya nilai-nilai patronase dan ciri partai personalistik serta pola pemutusan kebijakan monolitik oleh Irwandi Yusuf dan penyelenggaraan KLB 2019 untuk menglengserkan kepemimpinan Irwandi oleh faksi Samsul Bahri menjadi penyebab utama lahirnya konflik internal dan terkristalisasinya faksi dalam kelembagaan PNA. Tidak terwujudnya konsensus internal melalui peran Mahkamah Partai untuk mengakhiri faksionalisasi menunjukkan fungsi kepartaian PNA yang belum maksimal. Implikasi teori dalam penelitian ini yaitu relatifitas antara terlembagakannya konflik yang dipaparkan oleh Dahrendorf dan Rauf kemudian bergerak menjadi fenomena faksionalisasi yang dipaparkan oleh Belloni dan Beller. Adanya kesesuaian atas pergerakan dan karakteristik faksi yang terus berkembang ini merupakan perwujudan terhadap terbentuknya faksi degeneratif. Pembentukan faksi ini terjadi setelah melalui tahapan pergerakan dari faksi kooperatif yang dikenal dengan cliques faction, faksi kompetitif atau personal-client group faction dan faksi degeneratif atau institutionalized faction.