Gerakan lingkungan hidup berbasis agama termasuk bidang penelitian yang masih kurang didalami. Penelitian ini bermaksud menunjukkan bahwa agama memiliki potensi besar untuk menjadi pendorong gerakan-gerakan lingkungan hidup. Menggunakan studi kasus di tiga keuskupan di Flores dan Lembata, yakni Ruteng, Ende dan Larantuka, penelitian ini mendalami keterlibatan Gereja Katolik dalam gerakan-gerakan lokal melawan kehadiran perusahaan tambang. Gerakan-gerakan tersebut berhasil meraih tuntutan utama mereka, yaitu menghentikan agenda pemerintah-pemerintah daerah setempat untuk membangun industri pertambangan di kawasan tersebut. Studi ini menemukan bahwa keterlibatan Gereja Katolik merupakan faktor yang menentukan keberhasilan gerakan-gerakan tersebut. Gereja mampu mengembangkan gerakan antitambang yang kuat karena memiliki aktor-aktor yang berkomitmen serta memiliki ?kecakapan strategis?, yakni kemampuan membentuk bingkai gerakan, memobilisasi sumber daya, memanfaatkan peluang-peluang politik, dan mengembangkan bentuk- bentuk perlawanan yang efektif. Advokasi ini merupakan sebuah opsi yang menantang bagi Gereja karena membawa risiko memicu konflik dengan para pejabat pemerintahan daerah, perusahaan-perusahaan tambang, dan para pendukung pertambagan. Meski demikian, peneliti berpendapat bahwa keterlibatan dalam advokasi lingkungan hidup semacam ini, atau dikenal sebagai ?gerakan ekopastoral? di kalangan Katolik, merupakan sebuah kesempatan bagi agama-agama untuk menunjukkan relevansi publik mereka.
Deskripsi Lengkap