Pandemi Covid-19 mengubah seluruh aspek kehidupan masyarakat di seluruh dunia.
Selain krisis kesehatan, dunia harus menghadapi krisis ekonomi. Menariknya, pengiriman
uang dari luar negeri (remitansi) selama pandemi dari Hong Kong ternyata cenderung
stabil. Pada tahun 2020, Bank Indonesia menyatakan bahwa remitansi, yang mayoritas
berasal dari pekerja migran, dari Hong Kong turun, namun tidak signifikan. Fenomena
ini menarik mengingat tahun 2020 banyak negara mengalami resesi ekonomi, termasuk
Hong Kong. Penelitian ini menggunakan pendekatan ekonomi politik untuk melihat
bagaimana beberapa faktor ekonomi dan politik akan memengaruhi stabilitas remitansi
pekerja domestik migran Indonesia di Hong Kong. Penelitian ini berangkat dari teori
Dilip Ratha (2003) tentang stabilitas remitansi di masa krisis ekonomi. Ratha berargumen
bahwa ada dua faktor, yaitu (1) negara penerima pekerja migran biasanya memiliki
stabilisator otomatis yang memungkinkan adanya perlindungan pendapatan bagi pekerja
migran dan (2) kemudahan pada infrastruktur keuangan remitansi. Skripsi ini menemukan
relevansi faktor infrastruktur keuangan bagi remitansi pada pengalaman di Hong Kong
selama pandemi Covid-19, di mana adanya berbagai kebijakan dan fasilitas finansial yang
memudahkan pengiriman remitansi. Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan
data kualitatif untuk mengungkap kenyataan empiris yang dialami pekerja domestik asal
Indonesia di Hong Kong. Hasilnya, penelitian ini menemukan beberapa faktor ekonomi
lain yang tidak diajukan oleh Ratha. Stabilitas remitansi pada masa krisis akibat pandemi
di Hong Kong juga turut dipengaruhi oleh perjuangan serikat buruh migran di Hong Kong
dalam merespons krisis pandemi dan ekonomi. Selain itu, penelitian ini turut menemukan
berbagai mekanisme dan praktik yang dilakukan para pekerja migran Indonesia di Hong
Kong. Pekerja domestik migran harus melakukan berbagai cara untuk bisa mengirimkan
uang dengan jumlah yang bertambah dari sebelum pandemi dan berusaha agar keluarga
dan diri sendiri tetap bisa bertahan hidup. Faktor terakhir ini adalah politik bertahan hidup
yang serupa dengan konsep ?gerakan balik? dari Karl Polanyi (2001). Faktor ini bersama
dua faktor lainnya adalah penyebab terjadinya stabilitas remitansi ke Indonesia.
Deskripsi Lengkap