Partisipasi politik perempuan semakin bervariasi, dari sebagai pemilih hingga dipilih
dalam pemilu, bahkan kelompok perempuan juga dapat membangun jaringan untuk
mendukung kandidat tertentu dalam pemilu. Fenomena jaringan perempuan yang
mendukung pasangan calon dalam Pilkada terjadi di Kota Depok. Riset ini meneliti
jaringan perempuan yang menjadi tim sukses pasangan calon Mohammad Idris - Imam
Budi Hartono pada Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Depok 2020, dengan
mengambil kasus Perempuan Kota Depok (PKD) dan Perempuan Perempuan Garda
Peduli Perjuangan Rakyat (GAPPURA). Teori klientelisme dan politik patronase Susan
Stokes, et.al (2013), Nichter (2011), serta Aspinall dan Berenschot (2019) digunakan
menjelaskan hubungan klientelistik yang dibangun oleh kandidat dan jaringan
perempuan, sedangkan teori homosocial capital Bjarnegard (2013) digunakan untuk
menjelaskan strategi mobilisasi suara oleh jaringan. Riset ini menemukan bahwa jaringan
perempuan mendukung Idris-Imam karena percaya pada visi misi, adanya relasi personal
tokoh kunci di jaringan dengan kandidat, dan kepentingan jangka panjang. Mereka
membangun hubungan klientelistik dengan kandidat agar mendapatkan akses terhadap
program-program kesejahteraan pemerintah demi kepentingan jangka panjang jaringan
tersebut. Jaringan perempuan memanfaatkan homosocial capital baik bersifat
instrumental (seperti logistik dan materi) maupun ekspresif (seperti isu-isu dan kegiatan
yang diminati perempuan) dalam strategi mobilisasi saat kampanye Pilkada. Jaringan
Perempuan seperti PKD dan Perempuan GAPPURA merupakan social-network
machines yang berusaha untuk mewujudkan kesejahteraan perempuan di Kota Depok
dengan memanfaatkan hubungan klientelistik dengan pemerintah.
Deskripsi Lengkap