Skripsi ini membahas intervensi Tiongkok sebagai upaya resolusi konflik antara Kachin
Independence Organization (KIO) dan Pemerintah Myanmar pada Tahun 2013. Setelah
melakukan gencatan senjata selama 17 tahun, eskalasi konflik Kachin kembali tinggi pada
tahun 2011. Bentrokan antara KIA dan Tatmadaw pada 9 Juni di lokasi proyek
Bendungan PLTA menandai dimulai kembalinya konflik yang telah terjadi lebih dari lima
dekade ini. Pecahnya konflik pada tahun 2011 disebabkan oleh diskriminasi yang
dilakukan oleh Pemerintah Myanmar kepada KIO dan penduduk Kachin selama masa
gencatan senjata. Akibatnya, upaya negosiasi damai yang dilakukan oleh Pemerintah
Myanmar selalu mengalami kegagalan karena perbedaan pandangan mengenai
perdamaian diantaranya keduanya. Oleh karena itu, sebagai negara tetangga yang juga
terdampak oleh konflik ini, Tiongkok menawarkan diri sebagai penengah antara KIO dan
Pemerintah Myanmar untuk melakukan pembicaraan damai. Penelitian ini menggunakan
metode kualitatif dengan mengumpulkan data melalui studi literatur untuk melihat faktor
yang mendorong Tiongkok melakukan intervensi terhadap konflik Kachin serta upaya
intervensi yang dilakukannya. Penelitian ini menggunakan konsep konflik asimtetris oleh
Aggestam dan teori resolusi konflik dengan keterlibatan pihak ketiga oleh Fisher dan
Keashly untuk menjelaskan kondisi asimetris yang menyebabkan konflik Kachin tahun
2011 sehingga membutuhkan peran Tiongkok sebagai pihak ketiga dalam mendamaikan
KIO dan Pemerintah Myanmar serta metode intervensi yang dilakukan oleh Tiongkok
dalam mendamaikan keduanya.
Deskripsi Lengkap