Persoalan manajemen sumber daya alam di area konflik telah menjadi perdebatan
para ilmuan terutama mengenai bagaimana institusi beradaptasi terhadap kondisi
konflik. Tulisan ini menggunakan model kerangka Institutional Analysis and
Development (IAD) oleh Ratner et al. (2013) dengan metode komparasi multi kasus
yang terfokus pada sub-nasional di Kachin (Myanmar) dan Papua (Indonesia).
Analisis terfokus pada bagaimana hubungan antara dinamika institusi terhadap aksi
kolektif dalam operasi pertambangan di tengah konflik. Investigasi empiris
memperlihatkan bahwa perbedaan hasil di kedua kasus terjadi karena perbedaan
tata pemerintahan. Kasus di Kachin menunjukkan adanya beberapa kesulitan dalam
pengaturan desentralisasi. Kondisi ini menyebabkan kurangnya transparansi dan
partisipasi, kemudian berimplikasi pada perkembangan yang tidak merata bagi
masyarakat lokal. Sementara, kasus di Papua menunjukkan contoh transformasi
perubahan yang lebih baik dan kerangka hukum yang komprehensif. Hasilnya
memperlihatkan bahwa Papua memiliki operasi pertambangan yang lebih baik,
meskipun dalam implementasinya masih terdapat marginalisasi.
Deskripsi Lengkap