Perkembangan zaman tidak memberikan banyak perubahan tentang konsepsi masyarakat
mengenai seks dan gender. Laki-laki dan perempuan hanya dikelompokkan melalui
karakteristik maskulin dan feminin. Konsepsi gender ini terus dilanggengkan melalui
nilai-nilai budaya yang diwariskan secara turun temurun dalam masyarakat. Penelitian ini
melihat bagaimana penggambaran karakter perempuan pada anime dapat dijadikan alat
analisis sebagai cerminan dari masyarakat itu sendiri. Bukan hanya itu, anime juga dapat
dijadikan sebagai media resistensi yang menunjukkan agensi penciptanya. Penelitian ini
berfokus pada bagaimana Hayao Miyazaki sebagai salah seorang sutradara Studio Ghibli
mengkonstruksikan karakter perempuan.. Melalui konstruksi ini akan dapat dilihat pula
bagaimana bentuk relasi, peran gender, dan agensi dari Hayao Miyazaki. Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif: studi kasus dan studi kajian pustaka dengan
mengaitkannya pada konsep-konsep antropologi terutama antropologi gender. Data
diperoleh melalui ketiga filmnya yang berjudul Nausicaa of the Valley of the Wind,
Princess Mononoke, dan Spirited Away. Hasil penelitian memperlihatkan bagaimana
Miyazaki mengonstruksi karakter perempuan yang bertolak belakang dengan apa yang
sering diperlihatkan dari produksi film lainnya. Miyazaki menciptakan karakter
perempuan yang pemberani dan tangguh melalui kepemimpinan perempuan.
Deskripsi Lengkap