Fokus dari studi literatur ini adalah tentang hubungan antar suku bangsa di Indonesia.
Dengan menggunakan perspektif antropologi secara khusus studi ini membahas tentang
relasi etnis Tionghoa dengan kelompok etnik lainnya di Indonesia. Etnis Tionghoa adalah
kelompok etnis yang telah lama datang dan bermukim di Indonesia. Namun dalam masa
yang cukup panjang kelompok etnis Tionghoa mengalami diskriminasi dan tidak
diperlakukan secara sebagai warga negara. Relasi Etnis Tionghoa dengan kelompok
masyarakat lainnya dipengaruhi oleh kebijakan rasial pemerintah Belanda yang
menggolongkan etnis Tionghoa di Indonesia sebagai orang asing. Kolonial Belanda
memberlakukan etnis Tionghoa sebagai seorang yang ahli dalam berdagang dan
berorientasi dalam bidang ekonomi. Puncak diskriminasi terhadap etnis Tionghoa, terjadi
di masa presiden Soeharto dengan menerapkan kebijakan asimilasi yang melarang semua
kegiatan berbahasa mandarin dan menganjurkan ganti nama. Setelah era Reformasi sejak
1998, etnis Tionghoa dapat merasakan kemerdekaannya berekspresi terutama setelah
presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur kembali memperbolehkan etnis TIonghoa
untuk merayakan imlek dan menunjukkan identitasnya. Tulisan ini berbentuk bibliografi
beranotasi dan ingin memahami signifikansi studi dengan konteksnya saat ini.
Keywords: Tionghoa, Indonesia, identitas, relasi etnik, Soeharto, 1998, bibliografi
anotasi.
Deskripsi Lengkap