Deskripsi Lengkap

Tesis
No. Panggil 0017-2022 /ETS HI -Pri s
Judul Akulturasi Norma Multikulturalisme Liberal dan Norma Multikulturalisme Bhinneka Tunggal Ika dengan Intervensi Kurikulum Pendidikan Dasar International Baccalaureate
Pengarang Priskila Shendy Hartanti
Penerbit dan Distribusi 2022
Subjek Indonesia memiliki norma multikulturalisme yang khas yang dikenal dengan norma
multikulturalisme Bhinneka Tunggal Ika. Beberapa hal yang membedakan norma
multikulturalisme liberal dan Bhinneka Tunggal Ika adalah elemen pembentuknya,
pemahaman tentang nilai demokrasi, relasi agama dan kehidupan individu, pendekatan
dalam penyelesaian konflik, dan prinsip dalam penggunaan bahasa. Kurikulum
International Baccalaureate (IB) memiliki kerangka kurikulum yang sejalan dengan nilai
norma multikulturalisme liberal. Dengan konsep lokalisasi norma usulan Acharya (2004),
tesis ini menganalisis tahapan-tahapan lokalisasi norma multikulturalisme liberal yang
terjadi dalam proses pembelajaran dengan kurikulum IBPYP. Tesis ini juga mengadopsi
model disposisi budaya berpikir usulan Casinader (2014) dan mengolahnya menjadi

model disposisi norma multikulturalisme. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif-
deskriptif. Temuan penelitian ini menunjukkan tiga argumen utama. Pertama, lokalisasi

norma multikulturalisme liberal terjadi dengan intervensi kurikulum IBPYP. Penulis
menemukan adanya elemen penting dalam lokalisasi norma ini, yaitu inisiatif kelompok
lokal, kemampuan adaptasi, dan idea of effects. Kedua, proses lokalisasi ini menyebabkan
terjadinya pergerakan kedua norma multikulturalisme dan membentuk model baru yang
penulis sebut sebagai norma multikulturalisme semi-liberal. Ketiga, proses lokalisasi
yang terjadi tetap tidak mengubah karakter nilai dasar norma lokal Indonesia, namun,
norma lokal secara tidak sengaja mengalami norm-broadening atau perluasan norma. Hal
ini penulis simpulkan karena norma Bhinneka Tunggal Ika menjadi lebih terbuka dengan
nilai-nilai norma multikulturalisme barat yang berseberangan dengan nilai lokal. Proses
akulturasi kedua norma multikulturalisme terjadi karena adanya upaya lokalisasi norma
dengan intervensi kurikulum IB dan perluasan norma multikulturalisme lokal. Temuan
penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan untuk negara dalam mengkaji
implementasi norma multikulturalisme Bhinneka Tunggal Ika yang menjunjung hak asasi
manusia.
Kata Kunci akulturasi, International Baccalaureate, lokalisasi norma,
Lokasi MBRC
Ketersediaan
Nomor Panggil No. Barkod Ketersediaan
0017-2022 /ETS HI -Pri s 0017-2022 /ETS HI -Pri s TERSEDIA
File Digital
Ulasan Anggota
Tidak ada ulasan pada koleksi ini: 77989
Sampul
Abstrak
Indonesia memiliki norma multikulturalisme yang khas yang dikenal dengan norma multikulturalisme Bhinneka Tunggal Ika. Beberapa hal yang membedakan norma multikulturalisme liberal dan Bhinneka Tunggal Ika adalah elemen pembentuknya, pemahaman tentang nilai demokrasi, relasi agama dan kehidupan individu, pendekatan dalam penyelesaian konflik, dan prinsip dalam penggunaan bahasa. Kurikulum International Baccalaureate (IB) memiliki kerangka kurikulum yang sejalan dengan nilai norma multikulturalisme liberal. Dengan konsep lokalisasi norma usulan Acharya (2004), tesis ini menganalisis tahapan-tahapan lokalisasi norma multikulturalisme liberal yang terjadi dalam proses pembelajaran dengan kurikulum IBPYP. Tesis ini juga mengadopsi model disposisi budaya berpikir usulan Casinader (2014) dan mengolahnya menjadi model disposisi norma multikulturalisme. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif- deskriptif. Temuan penelitian ini menunjukkan tiga argumen utama. Pertama, lokalisasi norma multikulturalisme liberal terjadi dengan intervensi kurikulum IBPYP. Penulis menemukan adanya elemen penting dalam lokalisasi norma ini, yaitu inisiatif kelompok lokal, kemampuan adaptasi, dan idea of effects. Kedua, proses lokalisasi ini menyebabkan terjadinya pergerakan kedua norma multikulturalisme dan membentuk model baru yang penulis sebut sebagai norma multikulturalisme semi-liberal. Ketiga, proses lokalisasi yang terjadi tetap tidak mengubah karakter nilai dasar norma lokal Indonesia, namun, norma lokal secara tidak sengaja mengalami norm-broadening atau perluasan norma. Hal ini penulis simpulkan karena norma Bhinneka Tunggal Ika menjadi lebih terbuka dengan nilai-nilai norma multikulturalisme barat yang berseberangan dengan nilai lokal. Proses akulturasi kedua norma multikulturalisme terjadi karena adanya upaya lokalisasi norma dengan intervensi kurikulum IB dan perluasan norma multikulturalisme lokal. Temuan penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan untuk negara dalam mengkaji implementasi norma multikulturalisme Bhinneka Tunggal Ika yang menjunjung hak asasi manusia.