Penelitian ini berusaha menjawab penyebab kegagalan aksi diplomasi koersi Republik
Rakyat Tiongkok terhadap Korea Selatan pasca keputusan Korea Selatan untuk
menggelar sistem pertahanan udara THAAD (Terminal High Altitude Area Defense)
yang dianggap mengancam keamanan nasional Tiongkok. Pihak pemerintah Tiongkok
menggelar aksi retaliasi berupa sanksi informal dalam bentuk boikot tidak langsung
terhadap berbagai aspek ekonomi Korea Selatan seperti pariwisata, usaha perdagangan,
produk produk dan budaya Korea Selatan / Hallyu. Diplomasi koersi yang Tiongkok
lakukan menggunakan strategi Try and See dan Gradual Turning of the Screw pada
awal 2016 hingga 2017 agar pemerintah Korea Selatan menarik kembali sistem
pertahanan THAAD tersebut. Dengan menerapkan teori efektifitas diplomasi koersi
serta metode kualitatif, penelitian ini menemukan jawaban bahwa tidak berhasilnya aksi
diplomasi koersi yang dijalankan Tiongkok pada periode 2016-2017 diakibatkan dari
tidak terpenuhinya variabel efektifitas diplomasi koersi yakni legitimasi tujuan dan
permintaan, kredibilitas ancaman, reputasi aktor, asimetri motivasi, serta insentif yang
ada.
Deskripsi Lengkap