| Pengarang | Rizqi Amalia |
| Judul | Modernisation and singlehood in urban Indonesia: A study of six single millennial women in Jakarta |
| Pembimbing/Supervisor | Raphaella Dewantari Dwianto M.A., Ph.D. |
| Bahasa Utama | Indonesia |
| Abstrak | Penelitian ini menganalisis gaya hidup lajang dan pergeseran definisi keluarga dan
pernikahan di antara perempuan lajang milenial yang tinggal di Jakarta. Pergeseran
tersebut dieksplorasi melalui konsep dari Ochiai (2014) yaitu Semi-Compressed
Modernity dan Marriage and Risk Aversiveness. Konsep-konsep ini digunakan untuk
memahami perubahan perspektif makna keluarga yang terjadi di negara berkembang
karena pandangan sosial ekonomi yang meningkat, gaya hidup, dan modernisasi.
Penelitian ini berfokus pada fenomena perempuan lajang milenial di Jakarta yang
mengalami penundaan pernikahan, berlawanan dengan tren umum pernikahan dini yang
terjadi di sebagian besar wilayah di Indonesia. Berbeda dengan daerah-daerah ini,
persepsi orang Jakarta tentang bahagia dan sejahtera bukanlah cita-cita tradisional untuk
memiliki keluarga, tetapi untuk mengejar kesuksesan finansial melalui pendidikan tinggi
dan karir yang baik. Perbedaan keinginan ini menyebabkan perempuan lajang Jakarta
harus menyesuaikan tujuan mereka dengan harapan masyarakat tradisional Indonesia.
Selain itu, personhood dan nilai keluarga dan pernikahan menjadi fokus lain pada
penelitian ini dan tidak menitikberatkan pada aspek ekonomi seperti penelitian Ochiai
sebelumnya. Metodologi penelitian ini adalah pendekatan kualitatif melalui wawancara
mendalam jarak jauh, observasi digital, dan partisipasi visual. Temuan dari penelitian ini
mengungkapkan modernisasi berdampak pada nilai yang dianut perempuan lajang
terutama yang berkaitan dengan pernikahan dan keluarga, dan hal itu berdampak pada
penundaan pernikahan atau memilih untuk tidak menikah. Pilihan tersebut diambil meski
hidup dalam masyarakat dengan nilai sosial konservatif, termasuk peraturan pemerintah
yang dianggap kaku dan tidak mendukung. Perempuan lajang milenial menggunakan
berbagai mekanisme dalam menghadapi stigma lajang di usia lebih dari 30 dalam
masyarakat tradisional termasuk menggunakan humor, memanfaatkan teknologi, fokus
pada kemajuan karir, mencari dukungan teman sebaya, berpartisipasi dalam kegiatan
keagamaan, dan memilih berbagai bentuk ?memiliki partner?. |
| Jenis Bahan | |
| Kode Bahasa | |
| No. Induk | 0020-2022/ETS SOS Riz m |
| Catatan Umum | |
| No. Barkod | 0020-2022/ETS SOS Riz m |
| Kata Kunci | Compressed Modernity, Pernikahan, Risk Aversiveness, Kehidupan Lajang, Milenial, Perempuan |
| Kota Terbit | Depok |
| Tahun | 2022 |
| Subjek | Penelitian ini menganalisis gaya hidup lajang dan pergeseran definisi keluarga dan
pernikahan di antara perempuan lajang milenial yang tinggal di Jakarta. Pergeseran
tersebut dieksplorasi melalui konsep dari Ochiai (2014) yaitu Semi-Compressed
Modernity dan Marriage and Risk Aversiveness. Konsep-konsep ini digunakan untuk
memahami perubahan perspektif makna keluarga yang terjadi di negara berkembang
karena pandangan sosial ekonomi yang meningkat, gaya hidup, dan modernisasi.
Penelitian ini berfokus pada fenomena perempuan lajang milenial di Jakarta yang
mengalami penundaan pernikahan, berlawanan dengan tren umum pernikahan dini yang
terjadi di sebagian besar wilayah di Indonesia. Berbeda dengan daerah-daerah ini,
persepsi orang Jakarta tentang bahagia dan sejahtera bukanlah cita-cita tradisional untuk
memiliki keluarga, tetapi untuk mengejar kesuksesan finansial melalui pendidikan tinggi
dan karir yang baik. Perbedaan keinginan ini menyebabkan perempuan lajang Jakarta
harus menyesuaikan tujuan mereka dengan harapan masyarakat tradisional Indonesia.
Selain itu, personhood dan nilai keluarga dan pernikahan menjadi fokus lain pada
penelitian ini dan tidak menitikberatkan pada aspek ekonomi seperti penelitian Ochiai
sebelumnya. Metodologi penelitian ini adalah pendekatan kualitatif melalui wawancara
mendalam jarak jauh, observasi digital, dan partisipasi visual. Temuan dari penelitian ini
mengungkapkan modernisasi berdampak pada nilai yang dianut perempuan lajang
terutama yang berkaitan dengan pernikahan dan keluarga, dan hal itu berdampak pada
penundaan pernikahan atau memilih untuk tidak menikah. Pilihan tersebut diambil meski
hidup dalam masyarakat dengan nilai sosial konservatif, termasuk peraturan pemerintah
yang dianggap kaku dan tidak mendukung. Perempuan lajang milenial menggunakan
berbagai mekanisme dalam menghadapi stigma lajang di usia lebih dari 30 dalam
masyarakat tradisional termasuk menggunakan humor, memanfaatkan teknologi, fokus
pada kemajuan karir, mencari dukungan teman sebaya, berpartisipasi dalam kegiatan
keagamaan, dan memilih berbagai bentuk ?memiliki partner?. |
| Tahun Buka Akses | |
| Catatan Bibliografi | |
| Penerbit | Fisip |
| Pemilik | JKUNIDFISIP |
| Pembatasan Akses | |
| Lokasi | MBRC |
| Catatan Disertasi | |
| Akses dan Lokasi Elektronik | |
| Sumber Koleksi | |
| Deskripsi Fisik | |
| Catatan Bahasa | |
| No. Panggil | 0020-2022/ETS SOS Riz m |
Deskripsi Lengkap