Anak pada dasarnya adalah subjek utama dalam upaya mencegah kekerasan terhadap anak. Oleh karena itu, penelitia ini bertujuan untuk memaparkan bagaimana implementasi pemenuhan hak partisipasi anak dalam pencegahan kekerasan terhadap anak. Kajian-kajian selama ini umumnya fokus pada partisipasi anak dalam hak pendidikan, pembangunan kota layak anak dan partisipasi dalam penelitian. Masih terbatas yang mengangkat partisipasi anak dalam konteks pemenuhan hak perlindungan dari kekerasan. Ruang lingkup penelitian ini merujuk pada konsepsi Lundy (2007) tentang meaningful child participation yang mencakup 4 aspek yakni: Voice, Space, Influence dan Audience (Lundy, 2007). Pendekatan yang digunakan adalah kualitatif dengan metode studi kasus pada Forum Anak di Jakarta Timur. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa anak secara struktural sudah diberikan ruang untuk berpartisipasi (space) dan kesempatan untuk bersuara (voice) di ruang publik. Namun, anak masih terbatas berdialog dengan pihak -pihak strategis, termasuk para pembuat keputusan (audience). Meskipun anak sudah bersuara, belum ada tindaklanjut-nya (influence). Tampaknya anak belum dipandang sebagai stakeholder/ agen yang strategis dan berpengaruh. Hal ini tercermin dari lemahnya rekognisi pada pandangan/ suara anak, khususnya dalam upaya memperkuat langkah pencegahan kekerasan terhadap anak. Temuan ini tidak dapat dipisahkan dari cara pandang pemerintah yang masih menempatkan anak sebagai objek dalam pembangunan dan pengorganisasian Forum Anak yang sekedar menjawab agenda pemerintah. Pemenuhan partisipasi anak dalam pencegahan kekerasan belum meaningful (bermakna) bagi anak.