Pengarang | Arida Erwianti |
Judul | Representasi Substantif Perempuan Anggota DPR RI Dalam Pembahasan Rancangan Undang-Undang Penghapusan Kekerasan Seksual (2014 ? 2019) |
Pembimbing/Supervisor | Prof. Dr. Valina Singka Subekti, M.Si |
Bahasa Utama | Indonesia |
Abstrak | Representasi substantif perempuan anggota DPR diartikan sebagai hadirnya wakil
perempuan yang membawa kepentingan perempuan dalam proses perumusan kebijakan.
Melalui penerapan kuota pencalonan perempuan sebagai anggota legislatif, jumlah
keterpilihan perempuan di DPR, baik pusat maupun daerah dalam pemilihan umum di
Indonesia, mengalami peningkatan meski belum mencapai angka massa kritis untuk
menyuarakan agenda atau kepentingan perempuan. Tesis ini membahas tentang
lambatnya proses pembahasan rancangan undang-undang (RUU) tentang Penghapusan
Kekerasan Seksual (RUU PKS) di DPR periode 2014 ? 2019, pro kontra yang terjadi, dan
peran perempuan anggota DPR dalam mendorong pengesahan RUU PKS. Teori yang
dipakai adalah teori representasi dari Hanna Pitkin, dan representasi substantif dari Celis
dan Childs yang menyebutkan hadirnya critical actors atau aktor kritis dalam representasi
substantif. Pembahasan RUU PKS berjalan lambat dan disertai perbedaan pendapat yang
tajam baik di internal fraksi-fraksi DPR dan di masyarakat. Temuan studi menunjukkan
kehadiran aktor kritis di antara perempuan anggota DPR mampu bertindak mengadvokasi
kepentingan perempuan, bersinergi dengan gerakan perempuan di luar DPR, dan
menjalin kerja sama lintas partai politik dalam mendorong pembahasan dan pengesahan
RUU PKS. |
Jenis Bahan | |
Kode Bahasa | |
No. Induk | 0001-2022 /ETS POL .Ari r |
Catatan Umum | |
No. Barkod | 0001-2022 /ETS POL .Ari r |
Kata Kunci | representasi politik, perempuan di DPR, RUU PKS, aktor kritis |
Kota Terbit | Depok |
Tahun | 2022 |
Subjek | Representasi substantif perempuan anggota DPR diartikan sebagai hadirnya wakil
perempuan yang membawa kepentingan perempuan dalam proses perumusan kebijakan.
Melalui penerapan kuota pencalonan perempuan sebagai anggota legislatif, jumlah
keterpilihan perempuan di DPR, baik pusat maupun daerah dalam pemilihan umum di
Indonesia, mengalami peningkatan meski belum mencapai angka massa kritis untuk
menyuarakan agenda atau kepentingan perempuan. Tesis ini membahas tentang
lambatnya proses pembahasan rancangan undang-undang (RUU) tentang Penghapusan
Kekerasan Seksual (RUU PKS) di DPR periode 2014 ? 2019, pro kontra yang terjadi, dan
peran perempuan anggota DPR dalam mendorong pengesahan RUU PKS. Teori yang
dipakai adalah teori representasi dari Hanna Pitkin, dan representasi substantif dari Celis
dan Childs yang menyebutkan hadirnya critical actors atau aktor kritis dalam representasi
substantif. Pembahasan RUU PKS berjalan lambat dan disertai perbedaan pendapat yang
tajam baik di internal fraksi-fraksi DPR dan di masyarakat. Temuan studi menunjukkan
kehadiran aktor kritis di antara perempuan anggota DPR mampu bertindak mengadvokasi
kepentingan perempuan, bersinergi dengan gerakan perempuan di luar DPR, dan
menjalin kerja sama lintas partai politik dalam mendorong pembahasan dan pengesahan
RUU PKS. |
Tahun Buka Akses | |
Catatan Bibliografi | |
Penerbit | Fisip |
Pemilik | JKUNIDFISIP |
Pembatasan Akses | |
Lokasi | MBRC |
Catatan Disertasi | |
Akses dan Lokasi Elektronik | |
Sumber Koleksi | |
Deskripsi Fisik | |
Catatan Bahasa | |
No. Panggil | 0001-2022 /ETS POL .Ari r |
Deskripsi Lengkap