Deskripsi Lengkap

Tesis
No. Panggil 0010-2022/ETS POL Lav f
Judul Faksionalisasi Partai Amanat Nasional Tahun 2019 - 2020
Pengarang Lavica Anky Riswanda
Penerbit dan Distribusi 2022
Subjek Tulisan ini berusaha menganalisis penyebab faksionalisme di PAN tahun 2020. Temuan
menunjukkan faksionalisme disebabkan oleh kombinasi dua faktor, yakni kebijakan
mengenai pilihan koalisi pasca Pilpres 2019 dan personalisasi elit di dalam partai. Untuk
memperoleh data, penulis menggunakan penelitian kualitatif dengan melakukan
wawancara mendalam sejumlah pengurus DPP PAN, serta mengumpulkan dokumen dari
media, penelitian sebelumnya, dan dokumen internal partai. Pilihan koalisi PAN terbagi
menjadi tiga faktor kunci. Pertama, pragmatisme untuk memaksimalkan kekuasaan
(office-seeking) secara instrumental dengan mempengaruhi kebijakan yang akan
dikeluarkan pemerintah. Pragmatisme juga disebabkan faktor historis PAN tidak pernah
menjadi partai oposisi. Kedua, faktor ideologis terkait upaya elit partai untuk
mengembalikan PAN ke ideologi tengah berdasarkan evaluasi hasil pemilu 2019 dimana
kedekatan PAN dengan Islam konservatif gagal mendongkrak perolehan suara. Ketiga,
adanya intervensi rezim melalui ancaman kriminalisasi hukum terhadap beberapa kader
PAN. Faktor penguat adanya faksionalisasi intra partai juga disebabkan personalisasi
politik Amien Rais. Amien berperan penting melalui pengaruh pribadi dirinya yang
membawa PAN menjadi oposisi Jokowi meski tidak melalui keputusan formal partai.
Perpecahan semakin meluas disebabkan dukungan Amien Rais terhadap pencalonan
Mulfachri Harahap di Kongres sebagai bentuk perlawanan kebijakan partai yang
bergabung kepada koalisi pemerintah. Personalisasi ini juga berkembang pada upaya
penguatan figur Amien Rais di dalam partai dengan mencalonkan Hanafi menjadi calon
Sekjen PAN. Faksionalisme ini menunjukkan anomali yang signifikan sepanjang
terbentuknya PAN, yaitu peran Amien Rais yang memudar terkait kekalahan Mulfachri
Harahap di Kongres 2020.
Kata Kunci faksionalisasi, PAN, pilihan koalisi, personalisasi elite, pragmatisme elite
Lokasi MBRC
Ketersediaan
Nomor Panggil No. Barkod Ketersediaan
0010-2022/ETS POL Lav f 0010-2022/ETS POL Lav f TERSEDIA
File Digital
Ulasan Anggota
Tidak ada ulasan pada koleksi ini: 78103
Sampul
Abstrak
Tulisan ini berusaha menganalisis penyebab faksionalisme di PAN tahun 2020. Temuan menunjukkan faksionalisme disebabkan oleh kombinasi dua faktor, yakni kebijakan mengenai pilihan koalisi pasca Pilpres 2019 dan personalisasi elit di dalam partai. Untuk memperoleh data, penulis menggunakan penelitian kualitatif dengan melakukan wawancara mendalam sejumlah pengurus DPP PAN, serta mengumpulkan dokumen dari media, penelitian sebelumnya, dan dokumen internal partai. Pilihan koalisi PAN terbagi menjadi tiga faktor kunci. Pertama, pragmatisme untuk memaksimalkan kekuasaan (office-seeking) secara instrumental dengan mempengaruhi kebijakan yang akan dikeluarkan pemerintah. Pragmatisme juga disebabkan faktor historis PAN tidak pernah menjadi partai oposisi. Kedua, faktor ideologis terkait upaya elit partai untuk mengembalikan PAN ke ideologi tengah berdasarkan evaluasi hasil pemilu 2019 dimana kedekatan PAN dengan Islam konservatif gagal mendongkrak perolehan suara. Ketiga, adanya intervensi rezim melalui ancaman kriminalisasi hukum terhadap beberapa kader PAN. Faktor penguat adanya faksionalisasi intra partai juga disebabkan personalisasi politik Amien Rais. Amien berperan penting melalui pengaruh pribadi dirinya yang membawa PAN menjadi oposisi Jokowi meski tidak melalui keputusan formal partai. Perpecahan semakin meluas disebabkan dukungan Amien Rais terhadap pencalonan Mulfachri Harahap di Kongres sebagai bentuk perlawanan kebijakan partai yang bergabung kepada koalisi pemerintah. Personalisasi ini juga berkembang pada upaya penguatan figur Amien Rais di dalam partai dengan mencalonkan Hanafi menjadi calon Sekjen PAN. Faksionalisme ini menunjukkan anomali yang signifikan sepanjang terbentuknya PAN, yaitu peran Amien Rais yang memudar terkait kekalahan Mulfachri Harahap di Kongres 2020.