Tesis ini membahas faktor budaya yang digunakan dalam konstruksi pesan risiko yang
dibangun oleh pemerintah melalui Satgas Penanganan COVID-19. Faktor budaya perlu
dipertimbangkan dalam proses pembentukan pesan karena memengaruhi bentuk dan
penerimaan pesan risiko di masyarakat. Tujuan penelitian adalah memahami konstruksi
pesan risiko dengan memahami proses pembentukan pesan yang dilakukan Satgas
Penanganan COVID-19 dan memeriksa faktor budaya yang digunakan. Penelitian ini
adalah penelitian kualitatif dengan strategi konstruktivis. Data penelitian ini adalah hasil
wawancara terhadap aktor utama pembuat pesan risiko dalam organisasi Satgas
Penanganan COVID-19 yakni juru bicara dan ketua tim komunikasi publik. Hasil
penelitian menyimpulkan bahwa faktor budaya lebih terlihat dalam konstruksi pesan
risiko untuk mempersuasi publik, sementara pesan krisis lebih mengutamakan
pembingkaian informasi untuk membangun optimisme publik. Faktor budaya yang
teridentifikasi yakni aspek agama, nilai, bahasa, kesamaan identitas dan sosio-ekonomi.
Namun faktor budaya belum dilibatkan dalam proses pembentukan pesan kunci,
melainkan digunakan untuk mengembangkan pesan risiko yang berdampak pada bentuk
pesan agar sesuai preferensi budaya di masyarakat. Fokus komunikasi Satgas
Penanganan COVID-19 juga berbeda tergantung pada situasi perkembangan krisis
meski pada akhirnya penyampaian pesan risiko menjadi arus utama pemerintah di masa
krisis.
Deskripsi Lengkap