Lansia merupakan golongan masyarakat yang kerap kesulitan dalam menggunakan
teknologi komunikasi. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengalaman dan hambatan
yang dialami lansia Kristiani ketika mengikuti ritual ibadah daring menggunakan media
berbasis teknologi akibat kondisi pandemi yang terpaksa membuat kegiatan ibadah tatap
muka ditiadakan. Konsep digital divide, digital religion, ritual, serta Teori Kesempurnaan
Media digunakan dalam penelitian ini untuk menelaah permasalahan tersebut. Dengan
menggunakan strategi penelitian fenomenologi deskriptif, peneliti mewawancarai enam
lansia di Stasi St. Laurensius Parung Panjang, Kabupaten Bogor, yang bersedia menjadi
informan. Para informan menonton tayangan ibadah dari beragam kanal gereja yang ada
di YouTube. Hasil menunjukkan beberapa temuan. Mayoritas informan sudah
menggunakan media berbasis teknologi dalam kegiatan sehari-hari, namun masih
menemui kendala akibat kurangnya keahlian, akses, hingga penurunan kemampuan fisik
dan kognisi. Para informan pun akhirnya harus mengandalkan bantuan dari orang lain.
Selain itu, mayoritas informan merasakan ritual ibadah daring belum bisa membawa
kekhusyukan penuh. Hal ini membawa pemaknaan ritual ibadah daring menjadi hal yang
tidak sepenuhnya membawa kesenangan. Secara akademis, penelitian ini diharapkan
dapat memperluas khazanah pengetahuan mengenai digital divide dan digital religion di
Indonesia, sementara secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan
untuk pengembangan penyajian ibadah daring khususnya bagi lansia.
Deskripsi Lengkap