Deskripsi Lengkap

Tesis
No. Panggil 0005-2007/ETS Kom Dan p
Judul PENGARUH FAKTOR-FAKTOR KESENJANGAN KOMUNIKASI TERHADAP KESENJANGAN MENGETAHUI-MELAKSANAKAN SEBAGAI SALAH SATU KUNCI UNTUK MEWUJUDKAN ORGANISASI PEMBELAJAR (Studi Kasus PT SMART Tbk, Bergerak di Bidang Agribusiness & Food)
Pengarang Dani Miftahul Akhyar
Penerbit dan Distribusi 2007
Subjek Pengaruh Faktor-Faktor Kesenjangan Komunikasi Terhadap
Kesenjangan Mengetahui-Melaksanakan Sebagai Salah Satu Kunci Untuk
Mewujudkan Organisasi Pembelajar
(Studi Kasus PT SMART Tbk, Bergerak di Bidang Agribusiness & Food)
Kata Kunci
Lokasi
Ketersediaan
Nomor Panggil No. Barkod Ketersediaan
0005-2007/ETS Kom Dan p 0005-2007/ETS Kom Dan p TERSEDIA
File Digital
Ulasan Anggota
Tidak ada ulasan pada koleksi ini: 78993
Sampul
Abstrak
Di era persaingan global saat ini, pengetahuan (knowledge) telah menjadi aset perusahaan yang paling strategis, dan belajar (learning) telah menjadi kemampuan perusahaan yang paling strategi. Sehingga, organisasi tanpa knowledge yang memadai tidak akan mampu mencapai tujuannya secara efektif karena tidak sanggup belajar mengatasi masalah atau perubahan yang semakin lama semakin sering/cepat bermunculan. Inilah relevansi kontekstual dari pentingnya mewujudkan perusahaan sebagai organisasi belajar (learning organization). Salah satu faktor kunci dalam learning organization adalah kemampuan mengatasi kesenjangan mengetahui-melaksanakan (knowing-doing gap). Gejala knowing-doing gap telah menjadi masalah serius karena berbagai organisasi mulai merasa investasi mereka untuk meningkatkan pengetahuan karyawan, misalnya melalui training, menjadi sia-sia karena tidak memberi dampak bagi kemajuan perusahaan. Oleh karena itu, organisasi perlu mereformasi strategi belajarnya terutama untuk mengatasi knowing doing gap. Beberapa studi tentang hal ini telah dipublikasikan, salah satunya studi tentang difusi inovasi (Rogers, 1995). Dalam difusi inovasi dipelajari faktor-faktor yang mendukung dan menghambat diterapkannya inovasi baru ke dalam organisasi. Hasil studi itu mengemukakan bahwa proses komunikasi memegang peranan vital dalam mengurangi penolakan atau kegagalan penerapan pengetahuan baru di organisasi. Konsep ini diperkuat oleh Rosenfeld & Servo (1991) yang mengemukakan tentang kesenjangan komunikasi (communication gaps) dalam proses difusi inovasi. Kesenjangan komunikasi ini meliputi lima hal, yaitu ii kesenjangan komunikasi intrapersonal, kesenjangan komunikasi interpersonal, kurangnya pengetahuan (lack of knowledge), hambatan birokrasi di perusahaan, dan sindrom merasa diserang oleh orang lain (foreign-body invasion syndrome). Akar munculnya communication gaps, Menurut Dervin (1980), adalah dari adanya kesenjangan informasi (information gap atau information inequity) dimana selalu ada perbedaan kemampuan individu dalam menangkap, mengolah, dan menyampaikan (mengkomunikasikan) informasi yang diterima kepada orang lain. Berdasarkan hal tersebut, maka penting untuk diteliti pengaruh faktorfaktor communication gaps yang menyebabkan knowing doing gap sebagai materi tesis ini. Dalam lingkup perusahaan-perusahaan di Indonesia, studi ini masih jarang dilakukan, padahal akibatnya telah dirasakan hingga saat ini. Peneliti menjadikan lima faktor kesenjangan komunikasi sebagai variabel latenindependen, dan kesenjangan mengetahui-melaksanakan sebagai variabel laten dependen. Selain itu, peneliti mencoba memasukkan empat variabel moderator, yaitu budaya apresiatif dan budaya saling percaya (trust) yang mempengaruhi kesenjangan komunikasi interpersonal, ketersediaan teknologi informasi yang mempengaruhi kurangnya pengetahuan, serta rasa peduli-mengapa yang mempengaruhi foreign-body invasion syndrome. Penelitian dilakukan di level individu untuk mendapatkan persepsi tentang faktor-faktor yang diteliti. Individu yang diteliti berasal dari satu jenis industri yaitu agribisnis dan setiap individu merupakan wakil tiap departemen yang ada di perusahaan tersebut, yang menjadi pimpinan proyek inovasi dan improvement di bagiannya. Hasil penelitian ini diperoleh beberapa kesimpulan. Kesimpulan tersebut adalah kesenjangan mengetahui melaksanakan dipengaruhi secara signifikan oleh kesenjangan komunikasi intrapersonal, kesenjangan komunikasi interpersonal, kurangnya pengetahuan, dan hambatan birokrasi, serta dipengaruhi secara tidak signifikan oleh foreign-body invasion syndrome. Budaya apresiatif dan budaya saling percaya berpengaruh secara signifikan dalam hubungan kesenjangan komunikasi interpersonal dan kesenjangan mengetahuimelaksanakan. Ketersediaan teknologi informasi berpengaruh secara signifikan terhadap kurangnya pengetahuan karyawan, dan rasa peduli-mengapa berpengaruh signifikan dalam mengikis foreign-body invasion syndrome. Saran untuk penelitian lebih lanjut, dua variabel dari penelitian ini yaitu hambatan birokrasi dan ketersediaan teknologi informasi sebaiknya diteliti di level organisasi dengan menggunakan instrumen yang sudah distandarisasi, sehingga analisis yang dihasilkan bisa lebih komprehensif, bukan hanya di level persepsi. Saran selanjutnya yaitu melakukan pengambilan data di tipe organisasi/industri yang berbeda, dengan melakukan pengambilan sampel secara random untuk mendapatkan hasil model yang general. Hasil penelitian ini dapat digunakan menjadi pijakan oleh organisasi dalam menyusun instrumen belajar yang lebih sistematis dan terintegrasi. Faktorfaktor soft-skill seperti kemampuan komunikasi intra dan interpersonal, pengembangan budaya apresiatif dan saling percaya, harus mulai secara serius diperhatikan. Dengan mengoptimalkan faktor-faktor tersebut, maka diharapkan akan tumbuh budaya belajar yang lebih efektif dan kontekstual dalam organisasi. iii