Berbagai bentuk pekerjaan baru hadir dan mengisi setiap ruang dalam era Post-Fordisme,
terutama pekerjaan-pekerjaan immaterial yang tidak lagi menghasilkan produk berupa
barang, tetapi jasa, pengetahuan, maupun perasaan. Sementara itu, meskipun pekerjaan-
pekerjaan ini merupakan produk kerja modern, tetapi eksploitasi pekerja masih terus
terjadi dan membuat para pekerja berada dalam situasi prekaritas yang menyedihkan.
Namun alih-alih meratapi nasib, mereka berusaha membentuk subyektivitas yang bisa
menunjang kehidupan mereka sehari-hari sekaligus mengukuhkan eksistensi diri mereka
secara sosial. Mengambil kasus para pekerja barista di kedai-kedai kecil kawasan Pondok
Aren, Tangerang Selatan, tulisan ini berusaha mengeksplorasi bagaimana para barista
berusaha membangun dan mengakomodasi subyektivitasnya dalam pekerjaan mereka
untuk bertahan pada kondisi rentan yang dihadapinya saat ini. Dengan menggunakan
teknik pengumpulan data berupa observasi partisipatoris dan wawancara terlibat serta
menganalisisnya secara deskriptif, saya berusaha memperlihatkan bagaimana para
pekerja barista ini berusaha membangun subyektivitas mereka dalam praktik kerja yang
mereka jalankan?yang diupayakan sebagai strategi penciptaan keuntungan.
Deskripsi Lengkap