Dari adanya adaptasi budaya modern foto prewedding tentu akan memiliki kaitan dengan fenomena lain, terutama dari rangkaian acara pranikah yang sudah ada sebelumnya, seperti tradisi pingitan atau masa dipiare dalam adat kebudayaan masyarakat Betawi. Terdapat modifikasi pada masa piare demi melakukan foto prewedding yang dinilai memiliki nilai yang lebih substansial. Penelitian ini bertujuan untuk melihat dampak munculnya tren foto prewedding di kalangan generasi milenial dan keterkaitannya dengan praktik masa piare dalam kebudayaan orang Betawi. Penelitian ini juga menggali lebih dalam tentang bagaimana masa piare saat ini direproduksi menjadi praktik yang tetap ada namun tidak dijadikan aktivitas wajib yang perlu dilakukan, karena adanya produksi budaya baru yang modern dan dinilai lebih substansial, yakni tren budaya foto prewedding. Dalam penelitian ini, digunakan pendekatan teori subjectivity, practice, dan cultural value. Hasil penelitian menunjukkan bahwa praktik piare saat ini dinilai tidak lagi relevan dengan perkembangan zaman. Ini karena di masa sekarang calon pengantin milenial harus melakukan beragam aktivitas pranikah seperti technical meeting dengan para vendor, fitting gaun, testing food, bridal shower, dan yang utama yaitu foto prewedding. Hal-hal tersebut dinilai lebih substansial sehingga menjadi alasan para calon pengantin milenial Betawi melakukan negosiasi pada pelaksanaan praktik masa piare dari sebulan menjadi hanya beberapa hari saja.
Deskripsi Lengkap