Tesis ini mencoba memotret bagaimana para pekerja pers yang berperan dalam
seleksi berita internasional, khususnya terkait krisis Irak, melakukan rekonstruksi
berita-beritanya dari berbagai sumber berita asing seperti kantor berita
transnasional, web jaringan televisi global, dll, untuk kemudian disajikan kepada
khalayak pembaca masing-masing.
Teori utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori gatekeeper yang
dikaitkan dengan teori rekonstruksi sosial dan teori-teori lainnya, seperti teori
strukturasi dan teori ekonomi politik, yang diharapkan mampu menjelaskan
proses rekonstruksi berita oleh gatekeeper media serta fenomena-fenomena lain
yang melingkupinya.
Penelitian ini membatasi pada tiga media nasional yang diobservasi, yakni harian
Kompas, Media Indonesia dan Republika dengan pertimbangan ketiga media
tersebut cukup memberikan perhatian besar terhadap berita-berita internasional.
Segmentasi pembaca, jumlah tiras dan distribusi ketiga harian itu diseluruh
Indonesia juga dirasakan cukup mewakili sebagai pers nasional. Satu tahun
terakhir (tahun 2006) merupakan kulminasi konflik di negara semenanjung teluk
itu dan media massa internasional pun memberikan porsi khusus atas berbagai
peristiwa yang terjadi di Irak.
Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah pradigma konstruktivis
kritis, dengan tipe penelitian yang bersifat kualitatif. Metode yang digunakan
untuk pengumpulan data menggunakan beberapa metode (triangulasi metode),
yaitu pada tahapan teks, wawancara mendalam (disourse practice), dan tahapan
pengamatan terhadap situasi global (sosiocultural practice).
Pada tahap teks, penulis menelaah teks-teks berita seputar krisis Irak yang
tersaji di harian Kompas, Media Inodnesia dan Republika. Pisau analisa
menggunakan analisis wacana Teun A Van Dijk dan kemudian tahapan
discourse practice dengan mewawancarai para key informan, yakni redaktur
vi
internasional yang menjadi gatekeeper di tiga media yang diobservasi. Pada
tahapan sociocultural practice diamati perkembangan seputar krisis Irak dan
nuansa yang melatarinya.
Proses seleksi terhadap item berita krisis Irak yang akan disajikan masingmasing media dipengaruhi sejumlah hal yang bisa dikategorikan kedalam faktor
intrinsik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik meliputi unsur nilai-nilai berita (news
values) yang melekat pada suatu peristiwa serta bagaimana public meaning
peristiwa tersebut bagi masyarakat luas. Sedangkan faktor ekstrinsik lebih
menekankan pada aspek implikasi berita tersebut terhadap suatu negara dari
perspektif kepentingan politik, ekonomi, sosial dan budaya.
Pada konteks Irak, Kompas memosisikan krisis itu sebagai kelanjutan
propaganda dan keangkuhan AS memerangi terorisme pasca peristiwa 11
September 2001. Sedangkan Republika dan Media Indonesia lebih melihat Irak
sebagai korban penjajahan dan ketidak adilan yang harus dilawan dengan varian
penyajian masing-masing yang senada. Kendati demikian, diantara ketiga media
massa cetak ini tidak terlihat perbedaan signifikan. Secara umum ketiga media
sama-sama memberikan penekanan bahwa opini yang akan mereka bangun
adalah konstruksi penentangan terhadap invasi AS dan sekutunya.
Gatekeeper di harian Kompas, Media Indonesia dan Republika mensyaratkan
adanya disiplin verifikasi dari sumber-sumber lain yang mereka nilai lebih
representatif sebelum melakukan rekonstruksi beritanya karena menyadari
bahwa berita-berita krisis Irak yang diproduksi media-media Barat (yakni kantorkantor berita transnasional seperti Reuters, AP dan AFP) sarat dengan bias-bias
ideologi, hegemoni, propaganda dan bahkan jebakan-jebakan informasi yang
sengaja diciptakan melalui agenda setting pemberitaan internasional.
Dalam operasional keredaksian di tiga media yang diobservasi, terjadi interplay
antara struktur redaksi dengan gatekeeper. Di harian Kompas dan Media
Indonesia proses interplay itu relatif lebih longgar dibanding di Republika. Hal ini
dikarenakan karakter Kompas dan Media Indonesia yang lebih bersifat umum
sehingga pilihan-pilihan bagi gatekeeper untuk melakukan penyeleksian topik,
membangun kerangka isu atau penekanan informasi yang akan mereka sajikan
bisa lebih luas dibanding di Republika yang lebih spesifik sebagai korannya umat
Islam. Dalam konteks strukturasi, urutan proses yang terjadi adalah dominasisignifikansi-legitimasi (DSL) seperti yang banyak terjadi dalam institusi-institusi
politik maupun ekonomi. Namun demikian, struktur di redaksi tersebut
merupakan sebuah bangunan dinamis yang tidak pernah selesai dan akan terus
dibentuk oleh agen-agen yang berada didalamnya melalui proses interplay
tersebut.
Deskripsi Lengkap