Penelitian ini mengenai penerapan kesehatan kerja saat bencana berupa pandemi yang
dibahas dari disiplin Ilmu Kesejahteraan Sosial. Urgensi dari penelitian ini
mengungkapkan inovasi yang dilakukan suatu perusahaan jasa transportasi pada pekerja
frontlinernya yang berisiko tinggi terpapar virus COVID-19. Perusahaan ini tergolong
sektor kritikal sehingga pelayanannya harus tetap beroperasi setiap hari selama masa
pandemi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian
deskriptif. Pengumpulan data melalui studi literatur dan wawancara dilaksanakan pada
bulan Mei hingga Agustus 2022 pada 7 informan yang ditentukan dengan metode
purposive sampling. Berdasarkan penelitian terungkap bahwa PT. X Jakarta melakukan
beberapa inovasi terkait kesehatan kerja pada sisi kebijakan maupun remunerasi. Inovasi
dari sisi kebijakan operasional, yaitu berupa penerapan scan Peduli Lindungi sebelum
masuk stasiun, pembatasan penumpang di kereta, pengadaan pijakan kaki di elevator,
penyediaan marka-marka untuk jaga jarak, mengimplementasikan beberapa kebijakan
ticketing, penambahan APD (Alat Pelindung Diri) Khusus level 2 bagi Walka (petugas
keamanan di kereta) serta mengadakan pelatihan penanganan pengguna yang pingsan
akibat suspect COVID-19. Dari sisi kebijakan kepegawaian, PT. X Jakarta menerapkan
screening harian kesehatan, penerapan digital sign, dan sistem absensi menggunakan
web. Untuk kebijakan yang berkaitan dengan kesehatan pekerja, PT. X Jakarta
membentuk Sekretariat Penanggulangan Krisis untuk COVID-19, menyelenggarakan
olahraga rutin dan Health Talk secara virtual, melakukan penyemprotan disinfektan
secara berkala, mengolah limbah infeksius secara khusus, melakukan edukasi kepada
penumpang terkait protokol kesehatan, menyediakan ruang isolasi di kantor, dan
melakukan tracing serta menyediakan layanan telemedicine. Inovasi dari sisi remunerasi,
yaitu pemberian remunerasi tambahan selama pandemi untuk para pekerjanya. Pekerja di
Head Office dan pekerja di stasiun dan kereta (yang termasuk pekerja organik)
mendapatkan remunerasi berupa APD, vitamin, vaksin, SWAB/PCR, perbantuan
pencarian ruang isolasi, perbantuan pencarian tabung oksigen, dan penyediaan
transportasi. Sedangkan, pekerja di stasiun dan kereta yang termasuk pekerja outsourcing
mendapatkan remunerasi berupa SWAB/PCR, APD, vitamin, dan vaksin. Hasil penelitian
ini juga menunjukan perlunya sosialisasi terkait inovasi kesehatan kerja dilakukan dengan
semasif mungkin dan perlunya sikap lebih tegas terhadap penumpang/pengguna jasa yang
melanggar protokol kesehatan. Penelitian ini diharapkan bersumbangsih terhadap mata
kuliah program studi sarjana Ilmu Kesejahteraan Sosial yaitu Manajemen Organisasi
Pelayanan Kemanusiaan dan Kesejahteraan Sosial dalam Sektor Industri.
Deskripsi Lengkap