Penelitian ini ingin melihat gambaran masalah yang terjadi dalam suatu
organisasi non profit asing sebagai akibat dari perbedaan budaya dari Waterlelie
Fonds The Netherlands sebagai organisasi pusat dengan Yayasan Teratai Kasih
sebagai organisasi cabang serta bagaimana peran dan fungsi Public Relations
organisasi cabang dalam menyikapi potensi konflik akibat benturan budaya
tersebut.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan tipe deskriptif.
Unit pengamatan adalah Yayasan Sosial Teratai Kasih dengan fokus penelitian
ditekankan pada fungsi dan peran humas organisasi non profit dalam menyikapi
benturan budaya di yayasan ini. Pengumpulan data dilakukan dengan indepth
interview, pengamatan berperan serta, dan studi literatur. Informan berjumlah 5
orang, terdiri dari: 2 orang dari Dewan Ketua, 1 orang dari Dewan Ketua yang
membawahi Divisi Humas, 1 orang Koordinator Humas, dan 1 orang sukarelawan
(volunteer). Teknik analisis data menggunakan analisis tematik. Sedangkan untuk
interpretasi data menggunakan cara hermenutis empiris. Untuk keperluan
pemeriksaan keabsahan data, penelitian ini menggunakan kriteria derajat
kepercayaan (credibility) dengan teknik pemeriksaan member check.
Temuan penelitian menggambarkan bahwa dalam tubuh yayasan terdapat
perbedaan budaya dalam tubuh yayasan baik antar pengurus Yayasan Teratai
Kasih dan dengan Waterlelie Fonds sebagai yayasan induk di Belanda yang
tercermin dari perbedaan cara pandang, ritme kerja, etos kerja, birokrasi, kesulitan
berkomunikasi dan kesulitan penerapan kebijakan sehingga menimbulkan
benturan budaya yang berdampak pada kegiatan operasional yayasan.
Deskripsi Lengkap