Tulisan ini memaparkan mutuality of being yang tampak melalui tradisi mangain (mengangkat
anak) dalam masyarakat Batak Toba yang telah berkembang dari waktu ke waktu. Mangain
akrab bagi orang Batak Toba yang hendak melakukan pernikahan campuran dengan Suku
Bangsa non-Batak. Keutuhan fungsi mangain kenyataannya berakar pada ?mengangkat anak
kecil?. Tradisi ini mengarahkan para penerima marga Batak Toba?saya sebut ?orang Batak
baru??, tidak hanya masyarakat keturunan asli Batak Toba, kepada kehidupan kekerabatan
Dalihan Na Tolu yang saling bergantung satu sama lain. Mangain, di sisi lain, tidak mendorong
mereka untuk melupakan jasa orang tua yang telah melahirkan dan merawat mereka sampai
dewasa. Mangain alhasil menjadi contoh tradisi yang dapat mengeratkan persatuan Indonesia
yang merupakan negara plural karena kekerabatan tidak hanya dipandang dari keturunan darah.
Keberagaman selama ini dipandang menjadi sumber konflik kepentingan antarkelompok di
Indonesia. Hasil akhir tulisan ini menunjukkan bahwa tradisi mangain mengakomodasi orang
Batak Toba untuk mengasihi orang-orang non-Batak, begitu juga sebaliknya, yang terlihat dari
implikasi mutuality of being di dalamnya. Data arsip, tulisan para akademisi dari berbagai
bidang sampai bentuk karya tulis lainnya, menjadi basis penelitian kali ini. Wawancara
informan yang telah terlibat langsung dalam proses mangain, bahkan ditulis dalam sebuah
buku, kemudian melengkapi karya tulis ini.
Deskripsi Lengkap