Deskripsi Lengkap

Skripsi
No. Panggil : 0110-2021/ESK-ANT Ren p
Judul : Perubahan dan Kontinuitas: Dinamika Agama dan Status Sosial-Ekonomi dalam Pelaksanaan Upacara Rambu Solo? Suku Toraja
Pengarang : Rensianti Tia A. Salupuk
Strata :
Pembimbing : Salfia Rahmawati, S.Hum., M.A.
Fakultas :
Tahun : 2021
Open/Membership :
Ketersediaan
Nomor Panggil No. Barkod Ketersediaan
0110-2021/ESK-ANT Ren p 0110-2021/ESK-ANT TERSEDIA
Ulasan Anggota
Tidak ada ulasan pada koleksi ini: 79227
Sampul
Abstrak
Rambu solo? merupakan ritual upacara kematian yang dimaknai sebagai bentuk penghormatan dan pemujaan kepada arwah nenek moyang oleh masyarakat Suku Toraja. Rambu solo? juga memiliki kaitan dengan sistem stratifikasi sosial, yaitu pelaksanaannya yang harus memperhatikan status sosial orang yang akan diupacarakan. Namun, pelaksanaan upacara adat pemakaman rambu solo? tampaknya mulai mengalami perubahan secara perlahan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengungkapkan dinamika agama dan status sosial-ekonomi yang berpengaruh terhadap perubahan pelaksanaan rambu solo? dari masa ke masa dan implikasinya terhadap respon masyarakat Toraja dalam melihat upacara rambu solo?. Penulis menggunakan metode studi pustaka dengan melakukan telaah terhadap kajian-kajian mengenai fenomena sosial budaya yang telah dilakukan sebelumnya. Penelitian ini juga melibatkan wawancara mendalam sebagai bentuk validasi dalam melihat perubahan pelaksanaan rambu solo? di masa sekarang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan rambu solo? mulai mengalami perubahan pada masa pasca- kemerdekaan. Perubahan tersebut dipengaruhi oleh masuknya agama Kristen dan adanya aktivitas merantau yang turut mengubah status sosial-ekonomi masyarakat Toraja. Lebih lanjut, perubahan tersebut kemudian menimbulkan tiga respon dan sikap yang berbeda di antara masyarakat Toraja terhadap pelaksanaan rambu solo?, yakni 1) Pelaksanaan rambu solo? tetap pada aturan lama, dan disesuaikan dengan status sosial, 2) Pelaksanaan rambu solo? tidak lagi hanya berdasarkan status sosial, tetapi juga kemampuan ekonomi, dan 3) Pelaksanaan rambu solo? mulai ditinggalkan karena dianggap tidak lagi relevan, menjadi ajang adu gengsi/prestise, dan hanya bentuk pemborosan. Pada akhirnya, keberadaan upacara rambu solo? yang semakin meningkat memicu munculnya berbagai pandangan terhadap pelaksanaannya yang juga dilakukan dengan cara berbeda-beda.