Rambu solo? merupakan ritual upacara kematian yang dimaknai sebagai bentuk penghormatan dan
pemujaan kepada arwah nenek moyang oleh masyarakat Suku Toraja. Rambu solo? juga memiliki kaitan
dengan sistem stratifikasi sosial, yaitu pelaksanaannya yang harus memperhatikan status sosial orang yang
akan diupacarakan. Namun, pelaksanaan upacara adat pemakaman rambu solo? tampaknya mulai
mengalami perubahan secara perlahan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengungkapkan dinamika agama
dan status sosial-ekonomi yang berpengaruh terhadap perubahan pelaksanaan rambu solo? dari masa ke
masa dan implikasinya terhadap respon masyarakat Toraja dalam melihat upacara rambu solo?. Penulis
menggunakan metode studi pustaka dengan melakukan telaah terhadap kajian-kajian mengenai fenomena
sosial budaya yang telah dilakukan sebelumnya. Penelitian ini juga melibatkan wawancara mendalam
sebagai bentuk validasi dalam melihat perubahan pelaksanaan rambu solo? di masa sekarang. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan rambu solo? mulai mengalami perubahan pada masa pasca-
kemerdekaan. Perubahan tersebut dipengaruhi oleh masuknya agama Kristen dan adanya aktivitas merantau
yang turut mengubah status sosial-ekonomi masyarakat Toraja. Lebih lanjut, perubahan tersebut kemudian
menimbulkan tiga respon dan sikap yang berbeda di antara masyarakat Toraja terhadap pelaksanaan rambu
solo?, yakni 1) Pelaksanaan rambu solo? tetap pada aturan lama, dan disesuaikan dengan status sosial, 2)
Pelaksanaan rambu solo? tidak lagi hanya berdasarkan status sosial, tetapi juga kemampuan ekonomi, dan
3) Pelaksanaan rambu solo? mulai ditinggalkan karena dianggap tidak lagi relevan, menjadi ajang adu
gengsi/prestise, dan hanya bentuk pemborosan. Pada akhirnya, keberadaan upacara rambu solo? yang
semakin meningkat memicu munculnya berbagai pandangan terhadap pelaksanaannya yang juga dilakukan dengan cara berbeda-beda.
Deskripsi Lengkap