Ritual pertunangan yang dilakukan sebelum pernikahan adalah prosesi sakral, bermakna
ikatan perjanjian rencana pernikahan antara calon mempelai beserta keluarganya. Oleh
sebab itu, calon mempelai dituntut menjaga ikatan pertunangan sebagai masa saling
mengenal. Namun, apabila terjadi permasalahan yang menyebabkan pertunangan
dibatalkan dapat menyulitkan calon mempelai perempuan. Ia dihadapkan pada situasi
subordinat yang membuatnya tidak mampu mengambil keputusan karena relasi dominan
orang tua dan konstruksi kultural. Berangkat dari permasalahan tersebut, penelitian ini
bertujuan mengeksplorasi posisi perempuan dalam ritual pertunangan dan relasi kuasa
yang menggerakkannya menampilkan agensi sebagai respon atas pembatalan
pertunangan. Peneliti menggunakan metode autoetnografi, wawancara mendalam dan
observasi (data pendukung). Data tersebut kemudian dianalisis menggunakan teori Sherry
B. Ortner tentang subjektivitas dan agensi serta praktik budaya. Hasilnya menunjukkan,
calon mempelai perempuan menempati posisi subordinat, sebagai anak perempuan harus
patuh (manut), sebagai perempuan dewasa tidak dapat mengambil keputusan dan sebagai
calon mempelai perempuan tidak diperbolehkan memutuskan hubungan dengan sepihak.
Kuasa tersebut mewujud pengetahuan mengenai pancer wali (perwalian oleh ayah).
Selain relasi kuasa, konstruksi dan restriksi kultural terkait sakralitas pertunangan, proses
melepaskan anak perempuan pada calon mempelai laki-laki dan hal lain seperti pamali
dan malu (isin) juga turut memojokkan posisinya. Melalui relasi kuasa dan konstruksi
serta restriksi kultural, calon mempelai perempuan menyadari posisinya dan merefleksi
peristiwa budaya menggunakan indera perasaannya yang lebih dikenal dengan
subjektivitas. Dari subjektivitas, muncul intensi yang diarahkan pada tujuan dan menjadi
dasar dari agensi. Selanjutnya, agensi calon mempelai perempuan dalam peristiwa
pembatalan pertunangan yaitu, nesu (mendiamkan untuk mengontrol emosi), berpura-
pura bertahan dan memperbaiki hubungan (ethok-ethok) serta temporarily avoiding
(membatasi komunikasi).
Deskripsi Lengkap