Penelitian ini dilakukan pada masyarakat Suku Baduy yang terletak di Desa
Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Penelitian ini
mengambil tema tentang ritus kematian, salah satu ritual khusus yang dianggap sakral
bagi masyarakat Suku Baduy. Ritus kematian yang dilakukan oleh masyarakat Suku
Baduy adalah bentuk ketaatan masyarakat dalam menjalankan aturan adat yang
mengharuskan mereka menjalankan prosesi ritual ketika salah seorang dari mereka
meninggal dunia. Ritual ini dilakukan bukan hanya sebatas aturan adat yang menjadi
acuan masyarakat dalam melakukannya, melainkan sebagai bentuk penghormatan
terakhir keluarga terhadap si mayit. Selain itu, ritual kematian dianggap penting karena
masyarakat Baduy percaya bahwa ritual kematian diyakini mampu mengantarkan roh
si mayit ke tempat suci (Mandala Hiyang), dan tidak tersesat ke tempat larangan
(Buana Larang). Ritus kematian masyarakat Suku Baduy dilakukan karena masyarakat
percaya bahwa kematian adalah awal dari perjalanan roh si mayit menjalankan
kehidupan barunya di tempat lain bersama para leluhur mereka terdahulu. Oleh karena
itu, masyarakat Suku Baduy percaya bahwa dengan mentaati semua aturan adat dan
mampu menjaga alam semesta titipan leluhur mereka, berharap setelah kematian bisa
bersama-sama dengan para leluhur. Interaksi yang dibangun oleh masyarakat Baduy
dengan para leluhur adalah dengan cara menjaga alam semesta. Dengan demikian,
makna kematian bagi masyarakat Baduy sangat mendalam karena menyangkut
keberlangsungan orang hidup dan keberlangsungan roh si mayit dengan para
leluhurnya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan
antropologis. Sedangkan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan
studi pustaka. Ritus kematian masayarakat Suku Baduy diwarnai berbagai macam
simbol yang menunjukan adanya relasi antara orang hidup, orang mati dan alam
semesta. Masyarakat Suku Baduy juga memahami bahwa kematian merupakan bagian
dari siklus hidup manusia dan sekaligus menunjukan adanya keberlangsungan roh si
mayit dengan roh para leluhurnya di tempat suci. Oleh karena itu, relasi yang dibangun
masyarakat Suku Baduy antara orang mati dan orang hidup melalui ritus yang
dilakukan sebagai bentuk keterjalinan dan memastikan roh si mayit dapat menghadap
yang suci dan bisa bertemu dengan para leluhurnya di tempat suci (Mandala Hiyang).
Deskripsi Lengkap