Tesis ini mengkaji tentang tiga orang ibu sebagai orang tua tunggal dalam keluarga
keturunan Keraton Mangkunegaran Surakarta. Mereka dituntut untuk hidup dalam
peraturan unggah-ungguh (norma sopan santun) yang sesuai dengan nilai-nilai
kepribadian Jawa. Permasalahan muncul saat terjadi perbedaan persepsi antara para ibu
dan para tetua dalam memandang nilai-nilai kepribadian Jawa. Nilai welas asih (belas
kasih), ngerti isin (tahu malu) dan jogo aji (penjagaan harga diri) menjadi sebuah
landasan utama terbentuknya stigma butuh welas asih (membutuhkan belas kasihan)
dan stigma rondho ompong (janda berlubang/penggoda) yang tertuju kepada para ibu.
Sedangkan para tetua memiliki persepsi bahwa nilai-nilai kepribadian Jawa sudah
diterapkan dengan semestinya. Dengan menggunakan metode pengamatan terlibat dan
wawancara mendalam, penelitian ini menemukan fakta bahwa para ibu sebagai orang
tua tunggal memiliki kepribadian tangguh atau hardiness yang menyebabkan mereka
berpegang teguh kepada keputusan akan kehidupan mereka sendiri, sehingga mereka
berani untuk melawan stigma dengan melakukan resistensi secara terbuka maupun
tertutup. Resistensi yang dilakukan oleh para ibu memiliki tujuan sebagai bentuk pembelaan, agar para tetua dan masyarakat tidak lagi memberikan stigma kepada mereka.
Deskripsi Lengkap