Tesis ini mengkaji praktik konsumsi budaya fesyen serta pemaknaan terhadap konten
TikTok pada fenomena Citayam Fashion Week. Para sarjana mengkaji konsumsi budaya
sebagai faktor yang melahirkan hierarki kelas sosial berbasis modal budaya atau selera,
termasuk konsumsi budaya fesyen. Hierarki pada praktik konsumsi budaya fesyen
menempatkan kelas pekerja pada posisi inferior secara artistik dibandingkan dengan kelas
elite. Selera fesyen kelas pekerja dianggap bersifat terbatas secara ekonomi dan mereka
hanya meniru selera kelas dominan. Anggapan ini membuat apropriasi budaya fesyen
kelas pekerja dianggap sebagai sesuai yang asing dan subordinat. Tesis ini meneliti tren
fenomena Citayam Fashion Week yang populer melalui media sosial TikTok. Partisipan
Citayam Fashion Week yang diteliti dalam tesis ini berasal dari kalangan kelas pekerja.
Untuk itu, studi ini menganalisis praktik konsumsi budaya fesyen partisipan Citayam
Fashion Week serta bagaimana pemaknaan mereka terhadap tren konten TikTok guna
memahami fenomena dari sisi internal partisipan. Studi ini menunjukkan partisipan
Citayam Fashion Week mengonsumsi budaya fesyen dengan cara yang spesifik, yakni
dengan konsumsi aktif yang mengeksplorasi mode fesyen, konsumsi pragmatis, dan
konsumsi pasif. Sementara itu, partisipan juga memiliki posisi pemaknaan yang khusus
terhadap konten TikTok. Dari hasil temuan, penelitian menyimpulkan adanya hierarki
sosial pada fenomena Citayam Fashion Week melalui praktik konsumsi budaya fesyen
dan tren konten TikTok. Apropriasi fesyen partisipan Citayam Fashion Week
diperlakukan sebagai suatu hal yang abnormal dan representasi serta identitas mereka
ditentukan oleh kelompok dominan. Temuan ini menunjukkan konsumsi budaya fesyen
dan tren konten TikTok tentang Citayam Fashion Week melanggengkan kendali posisi
kelas dan ekonomi oleh kelompok dominan.
Deskripsi Lengkap