Pariwisata berkelanjutan merupakan norma global dimana pariwisata harus mengintegrasikan
tiga pilar yakni ekonomi, sosial budaya dan lingkungan. Selain telah menjadi norma global,
pariwisata berkelanjutan juga memiliki rantai global yang cukup kompleks sehingga harus
diwujudkan dengan keterlibatan banyak pihak. Sebagai salah satu destinasi yang masuk dalam
KSPN (Kawasan Strategis Pariwisata Nasional) yang dikenal juga dengan ?10 Bali Baru?,
Wakatobi menjadi destinasi pariwisata yang semakin menarik sehingga para aktor baik negara
maupun non-negara termasuk aktor domestik dan internasional berupaya untuk mewujudkan
pariwisata berkelanjutan di destinasi ini. Hal tersebut menjadi justifikasi dari penelitian ini
untuk melihat dinamika kemitraan multi-pihak dalam pembangunan pariwisata berkelanjutan
di Wakatobi. Kerangka analisis yang digunakan adalah multi-stakeholders partnership dan
stakeholders. Kerangka analisis ini adalah bagian dari perspektif liberalisme dalam kajian
hubungan internasional yang menganggap kerja sama adalah sesuatu yang penting dalam
pembangunan internasional. Sementara itu, metode penelitian yang digunakan yakni metode
kualitatif dengan jenis studi kasus. Temuan dalam penelitian ini menunjukan bahwa kemitraan
multi-pihak dalam pembangunan pariwisata berkelanjutan di Wakatobi terjadi karena adanya
tujuan yang sama dari para aktor yakni mewujudkan pariwisata berkelanjutan. Selain itu, para
aktor saling membutuhkan satu sama lain. Hal tersebut disebabkan oleh sumber daya yang
berbeda-beda dimana masing-masing aktor memiliki keunggulan sumber daya yang
dibutuhkan oleh aktor lain. Dalam dinamikanya, kemitraan-multi-pihak tersebut menghadapi
beberapa tantangan yakni kepemimpinan Pemerintah Daerah Wakatobi yang kurang efektif,
minimnya anggaran, kepentingan ekonomi yang dominan (kapitalisme) dan kurangnya kesadaran masyarakat dalam mewujudkan pembangunan pariwisata berkelanjutan.
Deskripsi Lengkap