Tesis ini menganalisis implementasi kebijakan swasembada jagung di era pemerintahan
Joko Widodo ? Jusuf Kalla (Jokowi- JK) pada periode 2014-2019. Teori yang digunakan
adalah teori politik implementasi dari Grindle (1980) dikarenakan teori tersebut
menjelaskan di dalam sebuah kebijakan terdapat kontradiksi. Sehingga hal ini yang
digunakan untuk menganalisis proses implementasi dari swasembada jagung dalam
mewujudkan kedaulatan pangan di Pemerintahan Jokowi-JK 2014-2019. Menurut
rilis/statemen dari kementerian pertanian, produksi jagung surplus, namun mengapa
terjadi kelangkaan di pasar domestik. Hal tersebut dibuktikan dengan ketidakmampuan
konsumen komoditas jagung dalam mengakses komoditas jagung di nasional. Hal ini
yang menunjukan kesenjangan dalam proses implementasi kebijakan swasembada jagung
di Pemerintahan Jokowi-JK. Pemerintah kesulitan dalam mengakses supply chain dari
komoditas jagung. Pendekatan kebijakan swasembada Jagung yang dibangun dengan
pendekatan inkremental menunjukan adanya informasi terkait data komoditas yang
kurang kompatibel sehingga menimbulkan ruang manuver bagi kelompok kepentingan.
Implikasi Teori dari Grindle dalam tesis ini menunjukkan adanya kesenjangan di dalam
proses implementasi kebijakan. Proses implementasi kebijakan secara khusus
berinteraksi dengan proses formulasi kebijakan. Dalam kasus ini, elit memiliki peranan
penting dalam melakukan alokasi sumber daya demi terimplementasinya kebijakan yang
telah dirumuskan. Pada kenyataannya, alokasi sumber daya yang direncanakan elit untuk
mengimplementasikan kebijakan tidak mencapai titik temu. Manuver kelompok
kepentingan menunjukkan lemahnya alokasi sumber daya dalam proses implementasi
kebijakan.
Deskripsi Lengkap