Penelitian ini mengeksplorasi pengalaman orang muda Indonesia dengan aspirasi berpindah ke
luar negeri. Eksplorasi ini dilakukan dengan memahami konstruksi identitas kosmopolitan
mereka melalui praktik media di keseharian. Berbagai studi menunjukkan bahwa orang muda
juga menganggap mobilitas sebagai cara mendapatkan kebebasan dan peluang kehidupan yang
lebih baik. Keterbukaan atas pengalaman budaya ini mencerminkan identitas kosmopolitan
(Hannerz, 1990). Penelitian ini menggunakan kerangka berpikir kosmopolitatisasi Beck (2016)
dan identitas Hall (1996) untuk memahami pengalaman orang muda dalam mengonstruksi
identitas kosmopolitan melalui praktik keseharian. Wawancara mendalam dilakukan dengan
empat informan, dan riset ini menemukan bahwa identitas kosmopolitan dikonstruksi melalui
ekspresi keinginan dan kemampuan mereka dalam mempelajari dan mengadopsi nilai dan
praktik budaya asing yang diperoleh dari pemanfaatan teknologi media dan interaksi langsung
dengan mereka. Pengetahuan dan kemampuan tersebut dimaknai sebagai modal untuk keluar
dari konteks lokal mereka. Riset ini menemukan bahwa identitas kosmopolitan orang muda
dikonstruksi dan dimaknai sebagai modal strategis untuk mewujudkan tujuan dan kebutuhan
masa depan, yakni menempatkan diri di ranah budaya global untuk memperoleh kualitas hidup
yang lebih baik. Selain itu, penelitian ini juga menyimpulkan bahwa identitas kosmopolitan
dikonstruksi dan dimaknai sebagai bagian dari identitas orang muda. Identitas kosmopolitan
beriringan dengan dan tidak menghapuskan identitas lain, termasuk yang dalam praktiknya
inkonsisten dengan identitas kosmopolitan.
Deskripsi Lengkap